"Malam Hanyalah Malam dan Angin Hanyalah Angin"
Andaikan malam dapat berbicara dan andaikan angin dapat merasakan, ku ingin bertanya.
Wahai malam, tahukah kau seperti apa hati rakyatmu sekarang?
Wahai angin, dapatkah kau merasakan apa yang rakyat rasakan saat ini? Kesedihan, kepedihan, kerinduan, dan kegelisahan hingga meresap ke tulang dan mengalir seperti darah.
Hmmmmm......
Tidak!
Malam hanyalah Malam
Angin hanyalah Angin
Malam tak dapat berbicara dan angin pun juga tak dapat merasakan.
Malam hanyalah malam
Angin hanyalah angin
Selalu datang dan pergi begitu saja. Namun demikian, aku ingin tetap mengatakan pada malam dan angin; wahai malam, Â wahai angin, air mata rakyat bukan air matanya. Duka rakyat bukanlah dukanya. Jangan biarkan air matamu menetes.
Jika ada rasa rindunya, inginkan air matamu adalah air matanya, dukamu adalah dukanya. Tapi, malam hanyalah malam dan angin hanyalah angin.
Untukmu pejabat Negeriku. Partai Politik (Legislatif) dan Eksekutif.
@atumatum2681
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H