Mohon tunggu...
Abdi Tumanggor
Abdi Tumanggor Mohon Tunggu... Editor - Tukang Cuci dan Cuma Nengok-nengok

Jangan lupa bahagia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

#PUISI "Untukmu Pejabat Negeriku"

22 Januari 2015   10:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:37 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Malam Hanyalah Malam dan Angin Hanyalah Angin"
Andaikan malam dapat berbicara dan andaikan angin dapat merasakan, ku ingin bertanya.
Wahai malam, tahukah kau seperti apa hati rakyatmu sekarang?
Wahai angin, dapatkah kau merasakan apa yang rakyat rasakan saat ini? Kesedihan, kepedihan, kerinduan, dan kegelisahan hingga meresap ke tulang dan mengalir seperti darah.
Hmmmmm......
Tidak!
Malam hanyalah Malam
Angin hanyalah Angin
Malam tak dapat berbicara dan angin pun juga tak dapat merasakan.
Malam hanyalah malam
Angin hanyalah angin
Selalu datang dan pergi begitu saja. Namun demikian, aku ingin tetap mengatakan pada malam dan angin; wahai malam,  wahai angin, air mata rakyat bukan air matanya. Duka rakyat bukanlah dukanya. Jangan biarkan air matamu menetes.
Jika ada rasa rindunya, inginkan air matamu adalah air matanya, dukamu adalah dukanya. Tapi, malam hanyalah malam dan angin hanyalah angin.
Untukmu pejabat Negeriku. Partai Politik (Legislatif) dan Eksekutif.
@atumatum2681

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun