Mohon tunggu...
Tulus Barker Naibaho
Tulus Barker Naibaho Mohon Tunggu... Keliling Indonesia -

Traveller. Bercita-cita menjadi penulis dan menetap di London. IG @tulus182 youtube.com/tuluss182

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Wisata Tana Toraja yang Mendunia (Bag. 1)

5 Mei 2017   20:25 Diperbarui: 5 Mei 2017   20:43 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dokumentasi Pribadi"][/caption]

Hai sobat Kompasioner, kali ini saya akan bercerita mengenai pengalaman saya jalan-jalan di "Tana Toraja yang Mendunia". Kenapa saya katakan mendunia? Ya, saya rasa julukan ini layak diberikan ke salah satu daerah yang masih memegang erat budaya nenek moyang ini.

Perjalanan saya dimulai dari Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Apabila sobat melihat dari aplikasi Waze, maka akan menempuh jarak kurang lebih 4 jam dengan estimasi jarak sekitar 143 Km.

[caption caption="Sumber : Waze"]

[/caption]

Saya awalnya ingin mencari bus saja, atau travel pribadi untuk pergo ke Tana Toraja, namun karena merasa kalau pengalaman yang saya dapat akan biasa-biasa saja, maka saya memutuskan untuk berangkat menaiki kendaraan bermotor. Saya memulai perjalanan di sore hari, di hari Minggu, tepatnya jam 4 sore. Bagi sobat kompasioner yang berencana pergi jalan-jalan ke Tana Toraja, tidak disarankan menaiki kendaraan bermotor seperti saya, apalagi selain jarak tempuh yang jauh, juga melewati hutan/jalanan yang tidak ada rumah-rumah penduduk di sepanjang mata memandang. Terlebih jika jalan malam, maka harus ekstra hati-hati.

Untuk jalan sendiri sudah lumayan bagus. Jalan poros dari Kota Pare-Pare sampai Kabupaten Sidrap cukup nyaman, meski ada beberapa titik yang jalannya bergelombang.

Jalanan yang jelek dan rusak itu banyak saya temukan di jalan poros Enrekang menuju Makale, Tana Toraja. Saya musti ekstra hati-hati pada saat itu, terlebih saat malam sudah menampakkan angkuhnya. Sepanjang jalanan, hutan yang saya temui begitu gelap dan agak horor sehingga sepanjang jalan saya selalu was-was kalau-kalau bertemu kuntilanak (he..he..he..). Jadi setelah melewati jalan yang panjang, sampailah saya di Tana Toraja, lebih 2 jam dari estimasi aplikasi Waze yaitu sekitar 6 jam.

Sebagai traveller yang low budget saya memutuskan untuk menginap di Pom Bensin. Nah, hal nekat ini juga tidak saya sarankan bagi sobat kompasioner, terutama yang low budget seperti saya, karena faktor keamanan juga harus jadi perhatian utama. Kalau saya sudah selamat. Saya hanya tidak ingin kalau ketika sobat kompasioner meniru saya untuk tidur di Pom Bensin, lalu apes, saya tidak mau disalahkan (he..he..hee). Namun, apabila mau mencoba, ya itu hak sobat kompasioner.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun