Wah, sudah lama sekali saya tidak mengunjungi laman ini. Membuka lapak menulisnya, dan berbagi pikiran di sini. Di tengah kesumukkan aktivitas menjadi mahasiswa tingkat akhir, saya iseng membuka-buka dokumen tulisan saya yang sudah lama. Mungkin ini bisa menjadi pengawal agar saya bisa kembali aktif menulis lagi.
[caption caption="https://cerdaskanbangsa.files.wordpress.com/"][/caption]
Sudah bukan rahasia lagi bahwa era teknologi semakin berkembang. Masa sekarang, segala hal menuntut percepatan untuk dilakukan. Sama halnya seperti aktivitas produksi dalam ekonomi, aktivitas jual-beli, distribusi, dan selainnya. Semakin berkembangnya zaman, tuntutan penggunaan teknologi juga semakin tinggi.
Setiap orang yang melakukan usaha ekonomi, selalu bersaing satu sama lain untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan memiliki nilai jual yang tinggi. Tentunya untuk menghasilkan produk-produk tersebut tidak terlepas dari pembuatan alat teknologi dan keahlian untuk mengoprasikannya. Pengetahuan dan keahlian tersebut diperoleh dari proses belajar ilmu pengetahuan, yakni ketika sekolah, menempuh pendidikan.
Proses belajar untuk mendapatkan keahlian akan lebih cepat apabila belajar di dalam sistem pendidikan, dibandingkan dengan belajar sendiri sambil bekerja. Jika kita bekerja tanpa memiliki pengetahuan dasar, maka nantinya kita hanya akan menjadi pekerja yang mengikuti perintah mandor, tapi tidak bisa mempelajari sesuatu apapun dari pekerjaan yang dijalani. Dari pendidikan juga, kita bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan keahlian. Yang mana nantinya keahlian yang kita dapatkan ini mampu membawa kita untuk bisa melakukan pengelolaan terhadap bahan baku produksi.
Seperti kata Fukuzawa, “Tuhan tidak menciptakan manusia yang satu lebih rendah atau lebih tinggi dari yang lainnya. Semua manusia pasti diciptakan sama..., yang membedakan nantinya antara yang pintar dan yang bodoh, pada hakikatnya semata-mata adalah pendidikan.... Hanya orang-orang yang belajar dengan sebaik-baiknya sehingga ia memiliki pengetahuan yang hebat, yang akan menjadi mulia dan sejahtera, sedangkan yang sebaliknya akan menjadi lemah dan serba kekurangan.” Di sini kita dapat melihat bahwa jika kita inginkan ekonomi yang sejahtera, kita harus bisa menjadi pribadi yang memiliki ilmu pengetahuan. Tanpa pendidikan, hidup kita selamanya tidak akan menjadi sejahtera.
Pendidikan merupakan investasi masa depan. Semakin memiliki keahlian, maka di masa depan tidak akan kesulitan untuk melakukan pengelolaan ekonomi. Ketika tidak sulit untuk melakukan pengelolaan produksi dalam ekonomi, maka kesejahteraan pun otomatis akan datang.
Jika para remaja berhenti sekolah sekarang, dan memilih bekerja itu sama sekali tidak membantu perekonomian keluarga. Tapi malah semakin mempersulit perekonomian di hari kemudian, karena sama saja tidak memiliki kemampuan, tidak bisa mengubah nasib menjadi lebih baik. Memang, memilih bekerja untuk membantu orang tua bisa menambah penghasilan. Tapi penghasilan yang akan diperoleh hanya pas-pasan, karena tidak memiliki keahlian dalam melakukan pekerjaan. Ketika tidak memiliki keahlian khusus, maka pada akhirnya kita hanya akan bekerja sesuai perintah. Sedikit upah, tidak memiilki keahlian yang lebih.
Lebih baik di masa muda, masa remaja dihabiskan untuk meningkatkan kualitas kemampuan. Misal, ketika ingin bekerja menjadi pedagang, maka pada masa belajar ini ditingkatkan kemampuan untuk berdagang dengan belajar dari berbagai ilmu pengetahuan. Ilmu pemasaran akan membantu dagangan yang dijual semakin memiliki nilai jual yang tinggi. Keuntungan yang tinggi akan membawa kesejahteraan ekonomi di masa mendatangnya.
“Engkau yang muda, berfokuslah membangun diri yang pantas dibayar mahal semuda mungkin. Semakin engkau serius memperhatikan pengembangan dirimu saat muda, semakin engkau santai dalam kemampuan yang besar di masa dewasamu.” – Mario Teguh
Generasi muda, generasi penerus bangsa. Apabila yang muda tidak memiliki keahlian, maka masa depan perekonomian masyarakat tidak akan sejahtera. Sebaiknya masa sekolah dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menggali ilmu pengetahuan, dan melatih diri agar memiliki keahlian yang bisa digunakan untuk pemecahan masalah ekonomi.
Jika memang kondisi ekonomi keluarganya benar-benar tidak memungkinkan, para remaja tidak harus berhenti sekolah. Tapi belajar memanajemen waktu agar bisa melakukan aktivitas ekonomi di luar jam belajar. Kegiatan sekolah tetap dilakukan, namun tetap membagi waktu untuk membantu perekonomian orang tua. Semisal dengan cara berjualan makanan di sekolah, atau melakukan pekerjaan paruh waktu.
Yang terpenting adalah, tidak meninggalkan pendidikan sekolah (tidak berhenti sekolah). Semisal, waktu sekolah dari pagi sampai siang, dari siang sampai sore bisa digunakan untuk membantu orangtua di sawah, atau membantu berjualan di pasar. Pada malam hari waktu digunakan untuk meningkatkan kualitas belajar dengan cara mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru, atau dengan banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan. Sebisa mungkin pekerjaan yang dilakukan tidak mengganggu proses belajar.
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Tidak masalah bersusah-susah membagi waktu untuk sekolah dan bekerja, tapi buah dari hasil kerja keras tentu akan sangat manis rasanya. Jangan sampai nanti di masa tua kita menyesal karena tidak memanfaatkan masa muda untuk meningkatkan kualitas diri dan keahlian untuk memecahkan masalah di masa tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H