Mohon tunggu...
Putri Khalidah
Putri Khalidah Mohon Tunggu... Penulis Lepas, Pengajar -

Penikmat dan Pengamat realitas Tuhan-Manusia-Alam putrikhalidah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Alkisah (Sebuah Kisah Lampau tentang Kehidupan Lalu)

18 Desember 2013   16:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:46 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negeri itu gersang, yang bertebaran hanya pasir-pasir yang menyakiti mata. Di tengah gersangnya, kedua kerajaan besar yang saling berperang, menumpahkan darah demarah mengalir deras mengubah pasir menjadi bebatuan tanah merah. Pedang-pedang saling berhentak tang tang ! Berhantaman antar perisai. Para kuda saling berkikik menendang menghantam prajurit lawan. Bahkan pedang mampu menembus baju zirah yang berlapis itu. Di satu sisi ada pergerakan prajurit yang melamban, entah karena luka tusuknya, atau karena dia terhambat baju-baju zirah yang berlapis ia kenakan. Satu persatu prajuritnya berguguran, ada yang melarikan diri, selagi sempat. Ada pula yang berpura-pura mati, berharap gagak tidak ikut mematuknya.

Dan kemenangan pun diperoleh sang Rumawi, salah satu kerajaan itu. Sang kaisar mampu mengambil kembali kekalahan yang pernah mereka terima dari Persia, hinngga kini kemenangan sepenuhnya ada di Rumawi.

Berkali-kali berperang, ratusan kali dalam konflik perebutan kekuasaan, ribuan kali prajuritnya berguguran. Tak henti-hentinya, tak henti-hentinya melakukan ekspansi. Hingga pada akhirnya ada suatu keadaan dimana mereka memutuskan untuk genjatan senjata, dan melakukan kerjasama bilateral. Kemudian terjadilah hubungan antar kerajaan.

Di antara kedua belah pihak, yang memiliki kekuasaan. Ada satu tempat yang tak terjamah, tempat yang paling tandus dan tak terurus. Tidak ada yang akan bertahan untuk tinggal berlama-lama ke tempat itu. Kecuali satu wilayahnya,karena di sana ada pusaka bersejarah. Wilayah tanah tersebut tak menjadi rebutan dari sejoli kerajaan ini, tak menjadi sengketa pula, dan mereka terlihat sengaja menghindari untuk mendapatkan wilayah ini, karena memang tanahnya tiada guna, tidak menggiurkan untuk dihasilkan berbagai harta dunia. Dimana juga, konteks alam yang meliputi wilayah itu sangat panas, gersang dan tandus, tanaman yang hidup hanya kurma dan kaktus. Yang tak memiliki keuntungan yang berlipat ganda bagi si Raja-Raja. Konteks alam yang ganas, membuat para penduduknya menjadi ganas. Seringkali melakukan Ghozwahkepada para pengembara. Untuk melangsungkan hidup mereka, karena memang tak ada sumber alam lain yang bisa mereka makan, kecuali kurma dan unta. Mereka melakukan Ghozwah, merebut perbekalan, hewan dan harta para pengembara, dan juga melakukan ternak unta, karena mereka tahu, unta-unta tersebut akan segera habis. Makanan mereka hanyalah daging, karena tak ada sayur yang mampu tumbuh di sana. Membuat mereka menjadi lebih beringas dan bernafsu tinggi. Badan mereka besar-besar, karena memang alam memaksa mereka untuk bertahan hidup, alam yang ganas melatih tubuh mereka menjadi sangat kekar dan besar.

Perempuan yang lemah, hanya akan menjadi hambatan bagi para lelaki melangsungkan hidup. Karena yang memiliki fisik yang kuat dalam menghadapi kondisi alam yang bengas beringas, hanyalah laki-laki. Banyak sekali kasus pembunuhan bayi perempuan berlangsung, karena dipandang hanya bisa merepotkan kelangsungan hidup mereka saja.

Tanah itu, mereka namakan Tanah Arab. Tak sedikit pengembara yang enggan untuk tinggal di sana seorang diri. Tak akan mampu bertahan apabila sendiri. Begitu kau sendiri, tanpa sekelompok atau sekawananmu melindungi, kau akan habis. begitulah prinsip mereka dalam memandang tanah ini.

Walau banyak yang enggan yang tinggal di tanah ini, atau tak ada satupun raja yang mau menguasainya. Di sebuah sisi di tanah ini terdapat sekumpulan kehidupan, kehidupan yang mereka bangun, mereka saling bermasyarakat untuk membangun, di pusat kota yang mereka beri nama Makkah. Kenapa Makkah ini mampu begitu laris dikunjungi para pedagang? O o rupawan ada sebuah benda bersejarah yang mampu membuat mereka terdorong untuk kesana, melakukan ibadah suci. Ka’bah. Ka’bah? kenapa Ka’bah? ibadah yang mereka lakukan bukanlah ibadah haji, karena memang tradisi mengunjungi ka’bah ini sudah lama sekali mereka jalankan. Bahkan sebelum datangnya islam, berbagai agama datang bersembahyang di sana. Majusi, nasrani, yahudi, dan selainnya. Banyak patung berhala dari berbagai agama yang ada di dalam Ka’bah, Hubal, La Ta Uzamanah. Dan mereka menyembah patung-patung tersebut di bulan-bulan yang telah mereka tentukan. Dan pada saat bulan-bulan itu juga mereka melakukan prosesi perdagangan, dari berbagai penjuru wilayah sekitar tanah arab. Berporos menjadi satu titik temu.

Konon, Ka’bah ini didirikan oleh Nabi Ibrahim, sebagian mereka memanggilnya Abraham. Yakni, bapak dari banyak nabi. nabi-nabi yang membawa berbagai kitab, taurat, zabur, injil. Dimana dari berbagai agama, mereka menganut dan meyakini, dan mengakui merupakan pengikut dari nabi tersebut. Maka, datanglah mereka untuk melakukan ibadah di tempat suci yang dibangun oleh bapak dari banyak nabi.

Tapi budaya sudah menjadi budaya, alam yang ganas mampu membentuk para pribadi yang ganas. Banyak kejahiliyahan yang terjadi di tanah itu, perbudakan ras kulit yang menganggap ras kulit hitam sama seperti hewan, sungguh tidak manusiawi, dan sungguh menimbulkan kesenjangan sosial. Pembunuhan bayi perempuan, yang nantinya akan mengakibatkan manusia akan berkurang, dan semakin punah, karena manusia tidak bisa lestari tanpa adanya perempuan. Melakukan perjudian, atau kecurangan dalam timbangan berjualan, akan berdampak pada sistem ekonomi yang ada, sistem ekonomi yang seharusnya mampu menghidupi kelangsungan hidup mereka, namun menjadi tidak seimbang. Karena wanita tak dihormati, diperlakukan sewenang-wenang, dinikahi yang banyak kemudian ditelantarkan, disuruh menaristriptease, dilecehkan. Tak ada wanita yang merasa aman di kala itu, selain wanita-wanita yang sudah diposisikan di pangkat atas, seperti Hindun.

Kerusakan moral dimana-mana, sistem sosial tidak ada yang benar dan seimbang, pantas saja kedua kerajaan besar enggan menggandeng tanah itu di bawah kekuasaannya, karena selain wilayahnya yang tandus, para manusianya pun dalam keadaan jahiliyah, dalam keadaan yang rusak serusak-rusaknya, yang mana justru, jika mereka menggandeng wilayah itu, penduduknya malah akan merusak seluruh isi kerajaan dari dalam negeri. Dan tanah itu menjadi tanah bebas.

^^To Be Continued^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun