Sebulan belakangan ini, pikiranku bergelayut pada sebuah urusan. Urusan yang sangat sangat membutuhkan banyak elemen pendukung. Dan entah akan berlabuh kemana bahtera perasaan ini.
Sebelah menyuarakan pendapatnya, “Kemarilah.” Di sisi lain, mereka bergemuruh, “Disana kau kan dapati masalah, maka kemari saja.”
Kegamangan pada sebuah pilihan! Apakah aku akan lanjut atau aku memilih mundur. Lanjut karena masih ada visi yang ingin aku perjuangankan. Mundur karena keadaan seolah tak mendukung.
Waktu kuhabiskan untuk berbicara pada diri sendiri. Aku mencari banyak alasan untuk meyakinkan aku bisa mewujudkan visi itu dan sangat berusaha mengesampingkan kenyataan pahit yang menampakkan gadingnya.
“Hatimu berkata apa?” mulainya menelisik.
Aku diam sejenak. Berusaha memantapkan pilihan kata yang nantinya akan berpengaruh pada kalimat-kalimat selanjutnya.
“Aku pilih lanjut,” jawabku.
“So, apa yang membuatmu bimbang?” melihatku tajam.
Aku tertegun. Dan mulai lurus menghadapnya. “Aku, gak yakin bisa karena… yang seperti aku ceritakan di chat.”
“Emang apaan? Yang jelas kalau ngomong!” tegasnya.