Kritik mengkritik di negeri ini memang berbeda ketika jaman ORBA dengan jaman (katanya) Reformasi. Saat ini pintu kritik, saran dan masukan bahkan saluran aspirasi terbuka lebar, saking terbuka lebar malah terlalu lebar sekali, sehingga jalan raya pun tertutup oleh orang-orang yang hendak menyalurkan aspirasinya.
Dunia maya bukan hanya miliknya Achmad Dani lagi, melainkan sudah menjadi milik semua orang. Kondisinya saaat ini manusia bebas mengeluarkan pendapatnya, pikirannya atau suara hatinya ke dalam media yang disebut internet, belum lagi dengan adanya citizen journalism semakin banyak saluran bagi masyarakat, bukan saja Indonesia melainkan masyarakat dunia.
Akan tetapi, mengkritik dengan menghujat kok jadi campur aduk, etika mengkritik malah jadi hilang dan dampkanya samar mana mengkritik dan mana menghujat. Sebagai contoh yang sedang hangat adalah seorang mahasiswi di Jogja, karena ocehannya di media sosial jadi berbuntut panjang, belum kering bibir ini di Kota Bandung pun sama, yang terhormat Bapak Ridwan Kamil pun meradang dengan ocehan seseorang di media sosial.
Bermain satir sajalah, rasanya lebih aman dan mungkin bisa menertawakan diri sendiri saja daripada urusannya malah diinterogasi polisi.
Salah satunya adalah lewat judul lagu yang ada di Indonesia, diantaranya :
1. Termiskin Di Dunia, lagu yang dinyanyikan oleh Meggy Z. saya pikir ini berkaitan dengan kondisi bangsa, walau sekarang tidak termasuk negara termiskin di dunia, namun masyarakatnya dibuat susah. Negeri yang kaya akan alamnya, sumber dayanya, namun rakyatnya tidak bisa menikmati sepenuhnya. Bangsa asing telah menggondol semuanya. Sedih rasanya di negeri yang subur makmur masih terdengar ada rakyat yang tidak bisa bersekolah, tinggal di gubuk, busung lapar dan tingginya pengangguran.
2. Salah Alamat, lagu yang dinyanyikan oleh Ayu Tingting. Kondisi ini mirip dengan bangsa kita, banyak sekali yang menjadi salah alamat. Uang yang harusnya di alamatkan untuk rakyat, malah jadi salah alamat masuk kekocek pribadi.
3. Buah Semangka Berdaun Sirih, Broery Pesolima. Sebuah keanehan yang hanya terjadi di Indonesia, namun jika bicara masalah hal-hal aneh sudah barang tentu kondisi bangsa kita serba aneh, seorang koruptor yang sedang diusut kasusnya masih bisa dilantik jadi anggota dewan, maling ayam digebugin, koruptor senyum-senyum di TV. Partai yang berlandaskan agama tapi oknum anggotanya berbuat korup, lumpur yang menghilangkan hak rakyat dibiarkan saja berlarut-larut.
4. Antara Aku, Kau dan Dia, lagu Achmad Dani. Lagu ini mirip banget dengan kondisi bangsa kita. Kasus perselingkuhan anggota Dewan menjadi berita yang menghebohkan, belum lagi ada keterlibatan wanita yang notabene bukan istrinya dalam kasus korupsi. Antara Aku, Kau dan Dia bisa jadi melibatkan antara aku sang kakak, kau adalah sang adik dan dia adalah teman-teman yang ikut dalam kasus-kasus korupsi.
5. Kumpul Bocah, lagu Vina Panduwinata. Ingatkah kita pada saat Almarhum Gus Dur yang marah pada anggota dewan dan menyebut mereka adalah sekumpulan anak kecil.
Masih banyak sebenarnya judul lagu yang ternyata cocok dengan kondisi negeri tercinta kita, walalu sebenarnya bicara masalah judul dan lirik lagu yang paling pas adalah lagu-lagunya Presiden OI, Iwan Fals. Sudah barang tentu anda pun punya lagu sendiri, punya judul lagu sendiri dan ditafsirkan sendiri. Semoga bangsa ini menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang selalu selamat dan selalu dilindungi oleh Allah.