Masih seputar rangkaian tour Santri Benyanyi yang pada minggu lalu pada tanggal 10 Oktober 2015 di Pondok Pesantren Ashidiqi Lawang Malang, lanjut tanggal 11 Oktober di Unwaha Jombang, dan pada tanggal 12 Oktober 2015 di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan.
Pertama kali menginjakan kaki di Pondok Pesantren Sundan Drajat, mata ini begitu terkagum-kagum. Santri hilir mudik dengan kain sarungan menuju tempat tholabulnya, tidak yang kecil ataupun santri yang telah dewasa mereka sibuk belajar. Pertamanya mereka memandang dengan asing kepada saya karena kebetulan saat itu menggunakan kaos oblong dan celana jeans yang sudah barang tentu berbeda dengan mereka dari sisi pakaian, dan akhirnya saya bergegas menuju mobil untuk menggunakan sarung dan baju koko.
Rencananya memang kegiatan Santri Bernyanyi tour Jawa Timur ditutup di Pondok Pesantren SUnan Drajat, sementara crew siap-siap, saya berjalan-jalan menyusuri setiap jengkal Ponntren Sunan Drajat. Bangunan-bangunan asrama nampak berdiri kokoh dengan rata-rata dua lantai, bahkan asrama putri sampai empat lantai, dilengkapi dengan ruang-ruang kelas yang begitu banyak dan tersebar di area pontren seluas hampir 4 hektar, belum lagi mesjid besar sebanyak dua buah, satu mesjid untuk santri dan satu mesjid untuk santriwati.
Tidak akan saya ceritakan sejarah Pontren Sunan Drajat karena sudah banyak literaturnya, saya hanya ingin berbagi tentang nuansa ketika berkunjung ke Pontren yang penuh sejarah ini. Cerita berlanjut ketika Kyai Adbul Ghofur menjamu kami di rumahnya yang biasa disebut Ndalem. Sungguh sebuah kehormatan besar karena tidak sembarang orang dengan mudah bertemu sang Kyai yang merupakan turunan ke14 dari Sunan Drajat.
Suasana sangat santai dan penuh canda tawa, diselingi dengan beberapa nasihat dan berbagi pengalaman pak Kyai dalam membangun pondok pesantren yang sempat silam dimakan jaman sampai akhirnya bisa menjadi pontren terbesar di Indonesia, dan satu-satunya pontren yang mengatas namakan walisongo, karena sudah tidak ada lagi pesantren warisan walisongo dan yang tersisa adalah pontren Sunan Drajat.
Pak Kyai menyodorkan air minum yang bermerk aquadra, kecurigaan saya benar pasti aqua Sunan Drajat dan ternyata benar merk tersebut mengabadikan Walisongo. Namun yang membuat kaget adalah bahwa air dalam kemasan tersebut adalah hasil penyulingan air yang berasal dari air laut dan produk tersebut menjadi salah satu andalan pontren tersebut, bahkan air laut yang disuling dialirkan kepelosok pesantren sehingga para santri dan santriwati yang haus tinggal memutar kran dan langsung meminumnya, Subhanallah.
Bersambung.
#Santribernyanyi #sonibebek #masterofceremony #publicspeaking