Mohon tunggu...
Nurul Damasih
Nurul Damasih Mohon Tunggu... Mahasiswi -

mahasiswa sastra jepang universitas hasanuddin makassar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

(Jangan) Salah Fokus di Bulan Ramadan

6 Juni 2016   11:48 Diperbarui: 6 Juni 2016   12:03 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin. Bulan suci ramadhan telah datang (lagi) bagi hamba-hambaNya yang berserah diri. Satu hal yang patut kita syukuri bahwa saya, anda, dan kita semua yang muslim masih diberikan kesempatan untuk menjalani bulan ramadhan, insyaAllah. Kaum muslim di seluruh dunia bersukacita menyambut bulan yang penuh ampunan dan barokah ini. Telah kita pahami bersama bahwa bulan ramadhan adalah bulan dimana pahala ibadah dilipatgandakan, kita menahan hawa nafsu, tidak makan dan minum dari fajar hingga terbenam matahari, melaksanakan ibadah wajib dan sunnah yang pahala berlipat ganda. Namun, satu hal yang mesti kita perhatikan bahwa banyak dari saudara-saudara kita yang muslim telah salah fokus dalam menjalani bulan ramadhan. Aktivitas ibadah yang seharusnya kita perbanyak, telah dipelintirkan oleh akivitas-aktivitas lain selain ibadah.

Baru-baru ini Google Indonesia mengumumkan hasil penelitian dari kebiasaan dan perilaku masyarakat Indonesia di saat ramadhan. Hasil penelitian itu mengemukakan bahwa konsumsi internet meningkat pada minat belanja, kebutuhan sehari-hari dan hiburan. “Behaviours masyarakat Indonesia menghabiskan waktu browsing dengan perangkat mobile-nya, terutama untuk belanja kebutuhan ramadhan dan menjelang lebaran. Tahun lalu (2015) kami melihat peningkatan volume penelusuran di lima kategori belanja (travel, pakaian, barang elektronik, telekomunikasi, smartphone)” ucap Hengky Prihatna, country industry head google Indonesia. (suara.com)

Fakta ini membuktikan bahwa animo masyarakat menyambut ramadhan bukan lagi berfokus pada semangat beribadah yang lebih daripada biasanya di bulan-bulan yang lain. Sayangnya, peningkatan ibadah yang seharusnya dilakukan dibarengi dengan peningkatan konsumsi berlebihan. Belanja di bulan ramadhan telah menjadi tren dalam masyarakat. Belanja online menjadi salah satu minat terbesar ketika ramadhan tiba, hingga ada yang namanya Harboldan (hari belanja online ramadhan), program yang dijalankan oleh lebih dari empat puluh layanan e-commerce Indonesia untuk berpartisipasi mengkampanyekan belanja online menjelang ramadhan dan lebaran nanti (dailysocial.com) Tahun ini minat belanja online masyarakat diperkirakan akan meningkat 5 kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan ini didukung oleh peningkatan pembelian smartphone.

Fenomena konsumerisme saat ramadhan memang bukan lagi wacana tanpa fakta. Walaupun tak dipungkiri kebutuhan saat ramadhan pasti akan meningkat, misalkan kebutuhan pangan. Konsumsi makanan sehari-hari yang tidak seperti biasa dan dorongan untuk bersedekah memberikan takjil membuat konsumsi makanan bertambah. Namun, fakta yang sekarang terjadi tampaknya telah jauh dari dorongan untuk meningkatkan pahala ibadah. Padahal bukankah peningkatan yang diinginkan adalah yang bertujuan untuk menambah pahala?. Pada bulan ramadhan seharusnya kita berfokus pada peningkatan ibadah mahdoh kita dan aktivitas-aktivitas yang mengarah kepada pahala ibadah. Wallahu a’lam bi ash-shawwab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun