Sejak kapan kamu sadar bahwa lahan pertanian di beberapa daerah di Indonesia semakin sempit? Dari sekian banyaknya penyebab lahan pertanian semakin sempit, yang menjadi penyebab utamanya adalah karena perubahan fungsi lahan atau sering disebut alih fungsi lahan. Hal ini menyebabkan lahan pertanian berubah menjadi lahan yang tidak produktif.
Salah satu penyebab sempitnya lahan pertanian ini adalah pembangunan perumahan di lahan pertanian. Peningkatan jumlah penduduk berbanding lurus dengan kebutuhan perumahan, dengan demikian, sektor real estat atau perumahan sedang booming. Petani yang tertarik dengan harga yang tinggi akhirnya menjual ladang mereka ke pengembang.
Di Kalimantan Selatan tepatnya di Kota Banjarbaru, yang merupakan kota pemukiman yang sebagian besar penduduknya tinggal di lahan yang sempit sehingga menyebabkan sedikitnya lahan yang bisa digunakan untuk menanam sayuran. Solusi dari hal tersebut adalah dengan melakukan Urban Farming atau disebut pertanian perkotaan.
Nah, siapa nih yang belum tau Urban Farming itu apa? Urban farming (pertanian perkotaan) adalah kegiatan bercocok tanam di wilayah perkotaan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi pertanian modern dan terintegrasi dengan berbagai jenis teknologi pengolahan sampah organik. Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang tersedia di perkotaan seperti taman kota, halaman rumah, atap gedung, dan lahan kosong yang tidak dimanfaatkan. Urban farming sendiri bertujuan untuk memperoleh hasil panen yang bermanfaat bagi kesehatan dan lingkungan, meningkatkan kualitas hidup penduduk perkotaan, mengurangi dampak pemanasan global, serta meningkatkan ketahanan pangan kota.
Berikut ini beberapa contoh kegiatan urban farming yang biasa dilakukan di perkotaan:
- Vertikal Farming: Pertanian yang dilakukan secara vertikal dengan menanam berbagai jenis tanaman pada rak atau wadah yang diletakkan di dinding atau atap gedung.
- Aquaponic Farming: Sistem bercocok tanam dengan memanfaatkan air untuk budidaya ikan dan tanaman secara bersamaan.
- Rooftop Farming: Pertanian yang dilakukan di atap gedung, biasanya menggunakan teknik hidroponik atau sistem tanam kantong.
- Community Gardens: Taman atau kebun yang dikelola oleh warga di lingkungan tertentu, biasanya ditanami dengan berbagai jenis sayuran, buah-buahan, atau rempah-rempah.
- Window Farming: Pertanian dengan memanfaatkan jendela atau dinding kaca untuk menanam berbagai jenis tanaman.
- Edible Landscaping: Mengubah area depan atau halaman rumah menjadi kebun yang ditanami berbagai jenis sayuran dan buah-buahan yang dapat dimakan.
- Indoor Farming: Pertanian di dalam ruangan seperti di dalam kantor, apartemen, atau ruang belajar menggunakan teknologi hidroponik atau sistem tanam vertikal.
- Mobile Farming: Menggunakan kendaraan seperti truk atau gerobak untuk membawa kebun ke tempat-tempat yang berbeda dalam lingkungan perkotaan.
Urban farming sendiri tentunya memiliki banyak manfaat yaitu :
- Menyediakan pangan segar dan sehat: Dengan menanam sendiri sayuran, buah-buahan, dan rempah-rempah di lingkungan perkotaan, kita dapat memperoleh makanan yang lebih segar dan sehat, yang tidak hanya membantu meningkatkan kesehatan kita, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan kota.
- Mengurangi jejak karbon: Kegiatan urban farming dapat membantu mengurangi jejak karbon karena kita dapat memproduksi makanan di lingkungan perkotaan sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari transportasi.
- Meningkatkan kualitas udara dan kebisingan: Tanaman di kebun kota dapat membantu mengurangi polusi udara dan kebisingan, yang dapat mengurangi risiko gangguan kesehatan seperti asma dan hipertensi.
- Meningkatkan iklim mikro perkotaan: Tanaman dapat membantu mengatur suhu lingkungan perkotaan dan menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk, yang dapat membantu mengurangi efek urban heat island.
- Meningkatkan keindahan lingkungan perkotaan: Urban farming dapat membantu meningkatkan keindahan lingkungan perkotaan dan menciptakan ruang hijau yang menyegarkan di tengah-tengah kota yang padat.
- Memperkuat komunitas lokal: Kegiatan urban farming dapat membantu memperkuat ikatan sosial dalam komunitas lokal, yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperkuat rasa solidaritas antar warga kota.
Dengan adanya solusi pemanfaatan lahan pekarangan ini serta peran dari Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat dan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Banarbaru untuk melakukan penyuuhan dan pendampingan terntang Urban Farming kepada masyarakat Kota Banjarbaru, kini hampir setiap rumah masyarakat Kota Banjarbaru memiliki kebun sayur hidroponik sendiri loh.
Salah satu komoditas yang mulai dibudidayakan oleh masyarakat Kota Banjarbaru saat ini Bayam Brazil (Alternanthera sissoo). Masyarakar Kota Banjarbaru tampak sangat antusias untuk menanam tanaman Bayam Brazil ini karena tanaman ini dapat dikonsumsi, mudah diperbanyak mudah dibudidayakan, dan memiliki bentuk yang estetik.
Jadi sekarang tidak ada lagi alasan untuk tidak menanam sayur karena lahan yang sempit. Dengan Urban Farming ini bisa menyulap lahan yang sempit menjadi pertanian yang elit. Usaha hidroponik juga tentu akan memberikan keuntungan selain untuk ketahanan pangan, juga untuk perekonomian yang berkelanjutan. Paling tidak kita tidak perlu takut jika tidak bisa mengkonsumsi sayuran yang sehat karena sekarang kita bisa menanam sayur secara hidroponik, dan juga menambah nilai estetika pekarangan kita.