Hasil akhir perhitungan Pileg 2014 oleh Komisi Pemilihan Umum telah disahkan. Berikut hasilnya sesuai dengan urutan jumlah prosentase suara.
[caption id="attachment_335598" align="aligncenter" width="452" caption="dok. KPU"][/caption]
Bisa dilihat diatas PBB dan PKPI tidak lolos ambang batas parlemen. Tidak begitu jauh dari hasil Quick Count yang dilakukan Kompas.
[caption id="attachment_335599" align="aligncenter" width="347" caption="dok. Kompas"]
Kini saatnya kita menanyakan nasib para Calon Legislatif yang tidak terpilih.
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah berpesan kepada para Calon Legislatif (Caleg) yang akan terpilih pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014, dan pesan yang sama untuk Partai Politik pemenang Pileg. "Bagi calon-calon legislatif yang terpilih ataupun Parpol yang memiliki suara yang lebih tinggi, maka rakyat berharap untuk menjalankan amanah dan mandat itu sebaik-baiknya," ucap SBY. "Dan bagi yang tidak terpilih, apakah Caleg DPR RI, DPRD, DPD RI, ataupun suara Parpol yang belum tinggi. Juga harus kita terima dengan lapang dada," pesannya.
Lalu bagaimana yang tidak siap menerima kekalahan? Mereka-mereka ini sudah melakukan berbagai cara untuk menang, bagi-bagi uang sampai melakukan ritual-ritual yang aneh. Banyak kita lihat berita kampanye hitam, serangan fajar, politik uang, jual-beli suara dan penyimpangan lainnya hanya demi meraup perolehan suara yang maksimal. Dan ketika upaya-upaya tersebut juga masih tidak berhasil, sementara modal yang dikeluarkan sudah habis-habisan, tentu ini menjadi bumerang bagi oknum Caleg tersebut. Dampak yang paling sering terdengar adalah munculnya beberapa nama mantan Caleg yang mengalami gangguan jiwa.
Maka merekapun melakukan pengobatan untuk mengatasi stress yang dialami. Pesantren yang memang sudah “kondang” mampu merehabilitasi orang terganggu jiwa bahkan ketergantungan narkoba dan alkohol. Sejumlah kamar disediakan khusus untuk rawat inap. Orang berobat lebih memilih ke pondok pesantren. Sebab, memang tidak mencolok. Kalau ke RSJ, kabar mudah menyebar, penderita malu, justru menghambat penyembuhan.
Pondok Pesantren banyak menerima caleg stress akibat gagal terpilih dalam pileg. Ponpes dianggap ampuh menangani caleg gagal. Mereka paling banyak rawat inap adalah caleg DPRD. Tetapi juga tidak sedikit caleg DPRD Provinsi, DPD bahkan DPR RI. Misalnya Pondok Pesantren Dzikrusy-syifa’ Asma’ Brojomusti yang kedatangan tamu dari Bojonegoro dan Gresik, kemudian dari Jombang, Mojokerto, Surabaya dan Sidoarjo. Ada pula yang dari Jakarta dan beberapa kota di Jawa-Barat. Bahkan ada yang datang dari luar Jawa, dari Kalimantan dan Sulawesi.
Soal guna-guna, santet dan tenung yang dilakukan oleh lawan politik, ternyata yang paling banyak ditemukan. Paling menarik, ada caleg mengirim guna-guna atau santet ke lawan politiknya, justru berbalik ke dirinya sendiri. Sehingga ponpes memerlukan penanganan beberapa hari. Ada lagi penderita stres terindikasi memang sudah terjadi gangguan syaraf. Penyembuhannya memerlukan waktu cukup panjang.
Ya begitulah sebelum pemilihan datang ke Dukun, setelah gagal lolos jadi caleg datang ke Ustad.