Mohon tunggu...
Abdul Baqi
Abdul Baqi Mohon Tunggu... -

I still find each day too short for all the thoughts I want to think, all the walks I want to take, and all the friends I want to see.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Bebatuan Berbunyi" di Gunung Padang

25 Februari 2014   22:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:28 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia memiliki peninggalan sejarah yang luar biasa, salah satunya adalah Cagarbudaya Situs Gunung Padang. Cagarbudaya Situs Gunung Padang adalah situs megalitik yang tersusun dari batu-batu kekar kolom (columnar joints) membentuk lima teras seluas 3 hektar di atas bukit.  Batu-batu berbentuk kolom atau balok memanjang dengan penampang segi 8,5,4,3  itu terbentuk secara alamiah sebagai kekar-kekar (bidang-bidang rekahan) yang terjadi ketika cairan magma panas mengalami pendinginan dan membeku menjadi batu.  Namun di Gunung Padang batu-batu kolom alamiah ini digunakan oleh manusia menjadi sebuah konstruksi batuan yang unik, sering disebut sebagai ‘punden berundak’ oleh para arkeolog .

Disamping itu situs Gunung Padang memiliki keunikan lain, sebagaimana dilansir detik.com, Peneliti Bandung Fe Institute, Hokky Situngkir dalam diskusi bertajuk 'Menguak tabir peradaban dan bencana katastropik purba di nusantara untuk memperkuat karakter dan ketahanan nasional' di Gedung Krida Bakti, Jl Veteran, Jakarta mengatakan situs purba ditemukan di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. menyimpan teka-teki terkait pola peradaban dan budaya masyarakat yang tersimpan di sana. Salah satunya teka-teki tentang musik.

Peneliti dari Bandung Fe Institute menemukan di sudut belakang bagian timur undak pertama situs Gunung Padang ada sejumlah batu yang tersusun sedemikian rupa. Dengan memukulnya akan terdengar suara nyaring berfrekuensi tinggi bagaikan nada-nada.

"Bebatuan tersebut seolah menjadi sebuah alat musik litofonik purba. Tapi berbeda dengan berbagai artefak litofonik warisan megalitik yang juga ditemukan di banyak negara di kawasan Asia Tenggara, ukuran dari artefak ini jauh lebih besar dimensinya," ujar peneliti Bandung Fe Institute, Hokky Situngkir.

[caption id="attachment_324622" align="alignnone" width="160" caption="sumber: http://nationalgeographic.co.id/"][/caption]

Diuji secara scientific menggunakan Fast Fourier Transform (FFT) Untuk mengidentifikasi keteraturan frekuensi yang ada pada batuan tersebut.

Hasil FFTnya

[caption id="attachment_324623" align="alignnone" width="160" caption="sumber: Dept. Sosiologi Komputasional Bandung Fe Institute"]

13933171911959563536
13933171911959563536
[/caption]

[caption id="attachment_324625" align="alignnone" width="160" caption="sumber: Dept. Sosiologi Komputasional Bandung Fe Institute"]

13933172621591620395
13933172621591620395
[/caption]

Hasilnya adalah:

[caption id="attachment_324626" align="alignnone" width="160" caption="sumber: Dept. Sosiologi Komputasional Bandung Fe Institute"]

13933172961038904551
13933172961038904551
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun