BAGIAN I
PENGANTAR
Menjalani tahap pastoral di Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco memiliki pengalaman tersendiri bagi penulis, terutama bagaimana mengembangkan diri menjadi pribadi dewasa dan berwawasan sebagai calon imam Keuskupan Agung Samarinda. Dengan belajar dan terus belajar dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya membuat penulis menyadari betapa indahnya suatu panggilan untuk melayani umat sebagai seorang frater.
Pada kesempatan kali ini penulis belajar mencoba merefleksikan secara biblis-teologis terhadap persoalan yang terjadi di seminari tempat penulis berpastoral. Refleksi ini mengenai persoalan apa yang terjadi terhadap para remaja seminaris selama dalam pembinaan. Seperti dalam Kitab Suci, Yesus mengutus ketujuh puluh murid mendahului Dia mewartakan Kerajaan Allah. Murid-murid ini diutus bagai domba ke tengah-tengah kawanan serigala. Dengan segala milik yang ada yang sekiranya bertentangan dengan aturan-aturan seminari seharusnya tidak dimiliki oleh para siswa seminaris agar tidak menjadi batu sandungan dalam pendidikan dan pembinaan selama berada di seminari.
BAGIAN II
REFLEKSI BIBLIS, RENCANA STRATEGIS PASTORAL
DAN REFLEKSI PRIBADI
2.1 Ulasan Tentang Realitas dan Permasalahannya
Penulis mengulas sedikit mengenai realitas dalam seminari menengah terutama mengenai para seminaris yang menimba ilmu rohani dan pendampingan sebagai calon imam. Seminaris muda yang masuk ke Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco berasal dari berbagai daerah, suku dan latar belakang keluarga. Seminaris kebanyakan berasal dari luar Kota Samarinda, sebagian besar dari Kampung Mahakam Hulu, Kutai Barat, Tenggarong, Balikpapan. Suku yang mendominasi adalah Dayak dan Flores, selain itu ada dari Toraja, Jawa. Seminaris juga berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, ada dari keluarga sederhana maupun berada, keluarga yang mendukung panggilan atau pun hanya menitipkan anaknya ke dalam seminari tanpa berminat mengirim anaknya lebih jauh ke arah panggilan khusus sebagai calon imam.
Keanekaragaman latar belakang ini sebagai kekuatan bagi seminari sekaligus sebagai permasalahan yang membawa pengaruh kuat di antara seminaris. Perbedaan-perbedaan yang ada membawa pengaruh dan dampak di dalam seminari. Dengan kebijakan-kebijakan yang ada dari direktur seminari diharapkan membawa seminari ke arah yang lebih baik.
2.2Refleksi Biblis-Teologis
Dari permasalahan yang sudah diuraikan, penulis berusaha merefleksikannya dalam terang Kitab Suci. Refleksi ini dibuat dengan maksud untuk mengatakan bahwa setiap masalah yang muncul memiliki pesan iman. Artinya Tuhan ada dan hadir dari setiap peristiwa yang terjadi, secara khusus problem-problem yang terjadi di seminari bersama dengan para seminarisnya.
2.2.1Masalah yang Ditemukan di Seminari
Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco terletak di Keuskupan Agung Samarinda dan seminari milik keuskupan. Seminari ini menghimpun anak-anak remaja dari berbagai daerah dan wilayah di Keuskupan Agung Samarinda yang ingin melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di Samarinda.Anak-anak remaja berasal dari berbagai daerah yang masuk ke seminari mungkin diberitahukan oleh pastor paroki, keluarga, teman atau melalui brosur.
Ketika telah berada di seminari, para remaja seminaris telah menjadi anggota keluarga Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco. Mereka menjadi saudara dan sahabat bagi satu sama lain terutama dalam memperjuangkan panggilan sebagai calon imam. Yang menjadi masalah adalah bagaimana mereka dalam tahap sebagai remaja yang berasal dari daerah yang berbeda, keluarga dan latar berbeda, yang dulunya cukup bebas tanpa aturan ketat harus mematuhi aturan di seminari dan juga di sekolah katolik di mana mereka menimba ilmu. Terkadang dalam perjalanan waktu mereka mulai menyeleweng dari aturan-aturan yang berlaku di seminari. Bahkan sebagian dari seminaris masih belum memiliki panggilan untuk mengarah ke arah panggilan imamat.
2.2.2Sebab Utama Masalah
Sebab utama yang mendasar adalah mereka yang masuk ke seminari kebanyakan untuk masuk ke Sekolah Menengah Atas di Samarinda dengan tujuan yang berbeda. Mereka yang masuk di seminari menengah belum tentu ingin melanjutkan ke pembinaan selanmjutnya di seminari tinggi. Dalam hal ini artinya mereka belum memiliki niat untuk menjadi imam. Hanya karena tinggal di seminari dengan biaya yang cukup murah membuat mereka masuk dalam komunitas seminari. Oleh karena tujuan yang berbeda dengan ketentuan seminari maka banyak dari para seminaris kurang dapat mematuhi aturan di seminari, terutama dalam hal tata tertib dan studi. Harus dengan cukup ‘pemaksaan’ barulah mereka dapat mematuhi tata tertib yang ada.
2.2.3Perikop Kitab Suci yang Cocok dengan Masalah
Teks Kitab Suci yang penulis rasa cocok mengenai panggilan para remaja yang masuk ke seminari berasal dari Injil Lukas 10:1-9. Dalam teks tersebut Yesus menujuk dan mengutus ketujuh puluh murid ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Yesus berkata kepada mereka, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Perutusan ini cocok bagi para seminaris saat ini yang terpanggil untuk menjadi calon imam yang melayani di ladang Tuhan.
Selain itu pula Yesus berpesan kepada para murid, “Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.”
2.2.4Uraian Alasan Kecocokan
Seminaris masuk ke seminari berarti mereka juga siap untuk menjadi murid yang diutus ke mana saja. Perutusan ini mirip dengan perutusan ketujuh puluh murid Yesus ke kota mendahului-Nya. Yesus melarang para murid membawa bekal atau pundi-pundi selama perjalanan dan memberikan salam kepada orang-orang di tempat yangmereka tuju. Ketika masuk seminari, sesuai dengan aturan para seminaris dilarang untuk membawa bekal atau alat-alat yang tidak menunjang pembinaan. Namun dalam kenyataan banyak para seminaris melanggar aturan ini. Selain itu seminaris berjuang untuk mematuhi aturan dan tata tertib yang telah disepakati bersama.Inilah yang menjadi pemikiran bersama untuk program selanjutnya.
2.2.5Pesan Iman dari Kenyataan yang telah Didapatkan dengan Kitab Suci
Pesan iman yang dapat ditangkap dari perikop Kitab Suci di atas adalah bahwa perutusan sebagai murid-murid Yesus haruslah dengan dengan segala kerendahan hati, mau meninggalkan kesenangan-kesenangan pribadi dan menjalani apa yang menjadi aturan berlaku di seminari. Yesus mengutus kepada tuaian yang sangat banyak dan beragam. Dengan perutusan tersebut diharapkan para murid dapat menjalankan perutusan dengan baik tanpa terikat dengan kesenangan pribadi atau terbebani dengan hal-hal lainnya. Segala aturan dan tata tertib di seminari diperuntukkan bagi mereka yang mau melanjutkan pendidikan dan pembinaan dalam on going formation menjadi calon imam. Semua seminaris diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah di tempat masing-masing.
2.3Latihan Membuat Rencana Strategis Pastoral
Perencanaan adalah aktivitas pengaturan manajemen yang meliputi upaya menganalisis situasi, menetapkan arah dan tujuan jangka panjang, sasaran jangka pendek dan menentukan tindakan-tindakan yang khusus untuk mencapai tujuan. Sedangkan perencanaan pastoral bertujuan untuk mengembangkan Gereja yang lebih baik dan lewat Gereja yang tanggap terhadap tanda-tanda zaman suatu dunia dan masyarakat manusia yang lebih baik.
2.3.1Isu Strategis
Isu strategis yang ada di seminari adalah bagaimana menata kembali aturan-aturan seminaris agar dapat dijalankan dengan lebih baik sebagai ciri pendidikan calon imam?
2.3.2Masalah Pokok
Masalah pokok di seminari adalah para seminaris mengalami kesulitan untuk mematuhi aturan dan tata tertib yang sudah disepakati bersama dan disetujui oleh direktur seminari.
2.3.3Sebab Utama atau Akar Masalah
Akar masalah dari tidak ditaatinya aturan seminari yang telah berlaku oleh sebagian besar seminaris adalah latar belakang para seminaris yang sebagian besar dari keluarga sederhana, tidak menerapkan secara disiplin terhadap diri seminaris, penerapan kehidupan yang bebas tanpa aturan dan tata tertib. Siswa seminaris sebagian besar berasal dari luar kota atau asalnya dari kampung dan desa, sedikit sekali yang berasal dari kota. Karenanya penerapan aturan harus diperkenalkan secara tahap demi tahap.
2.3.4Program
Berdasarkan permasalahan pokok yang ada dalam diri para seminaris di Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco, maka beberapa program kerja yang penulis coba berikan, antara lain:
a.Bersama dengan pastor direktur membuat jadwal harian seminari serta tata tertib agar dapat ditaati bersama.
b.Bersama dengan pengurus seminaris agar dapat membuat jadwal-jadwal bagi para seminaris sehingga seminaris memiliki tugas-tugas yang jelas dan terarah.
c.Adanya pembenahan dalam sarana-sarana di seminari yang menunjang kegiatan pembinaan calon imam.
2.3.5Tujuan Jangka Panjang
No
Tujuan Jangka Panjang
Indikator
1
Dalam 3 tahun ke depan seminaris memiliki rasa kesadaran sebagai calon imam dapat tergugah, bukan lagi sebagai seminaris yang terpaksa mengikuti aturan melainkan ada kerinduan menjalani kehidupan di seminari sebagai bagian dari hidup panggilan untuk menjadi imam.
Seminaris tahun pertama yang dipimpin oleh pastor direktur yang baru mengalami perubahan dengan aturan dan tata tertib yang baru pula.
2
Renovasi bagian-bagian seminari yang dilakukan secara bertahap agar dapat menunjang sarana pembinaan bagi seminaris
Perbaikan sarana penun-jang di seminari seperti renovasi kamar seminaris, bangunan gazebo dapat selesai secara bertahap.
2.3.6Sasaran Jangka Pendek