Namanya, Ajay. Ia seorang kolektor banyak gadis, mulai dari anak perawan sampai janda-janda kembang. Suatu hari ia diajak pacarnya yang nomer sekian untuk main ke rumah temannya.Â
Si pacar menjemput Ajay yang tak punya motor, lalu Ajay percaya saja dengan ucapan pacarnya itu, maka sejak pagi ia sudah ngebut membonceng si pacar menelusri desa Salopeng di kabupaten Sumenep Madura. Tidak berapa lama setelah menempuh perjalanan yang sedikit melelahkan, mereka sampai di rumah yang dituju. Ajay terbengong-bengong melihat rumah yang bak istana di depannya.
"Mana temanmu yang punya rumah?" tanya Ajay, dengan roman penasaran.
"Dia sedang pergi. Ini sudah seperti rumahku sendiri, Mas..." kata si pacar.
Ajay hanya manggut-manggut.
"O ya, silahkah istirahat di kamar dulu. Saya masih mau beli makan," kata si pacar sambil mengajak Ajay ke kamar.
Masih dengan mata melotot melihat kamar yang cukup luas dengan aksesoris yang menyilaukan mata, Ajay tak sadar, kalau pintu kamar dikunci dari luar.
setelah muntap menikmati segala fasilitas kamar, Ajay hendak keluar. eh ternyata, ia baru tahu kalau kamarnya dikunci. Ia memanggil-manggil, tapi tak ada sahutan sama sekali. Sepi. Ia telepon pacarnya, tapi tak diangkat. Ajay merasa aneh dengan keadaannya dan tiba-tiba merasakan firasat buruk akan menimpa dirinya.
Sejak pagi hingga sore, Ajay tak menemukan celah pintu akan terbuka. Di dalam kamar, ia menjadi GALAU. Amat risau. Kamar yang indah tak membuatnya ia tenang seperti saat pertama masuk.Â
Ia telepon temannya yang masih satu kos dengan dirinya. Ia ceritakan, tapi temannya tak percaya, malah tertawa terpingkal-pingkal dengan ulah Ajay yang dianggapnya mengada-ngada. Teman kosnya malah menakut-nakuti, kalau penduduk disitu suka makan daging orang alias kanibal.
Ajay semakin ngalengsang, resah! Tiba-tiba saja Ajay menangis tersedu, dengan suara serak dan berat. Si teman satu kos, terdiam. Ia mencoba merasakan tagisnya Ajay.Â