Mohon tunggu...
Nun Urnoto El Banbary
Nun Urnoto El Banbary Mohon Tunggu... Penulis - adalah nama pena dari Urnoto.

Menulis apa saja, mulai kebaikan sampai kejahatan. Baik fiksi maupun nonfiksi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Kebudayan Literasi FLP

20 September 2015   20:30 Diperbarui: 20 September 2015   20:46 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="flp"][/caption]

Forum Lingkar Pena (FLP) yang didirikan oleh tiga srikandi Indonesia (Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Maimon Herawati) usianya sudah 18 tahun. Usia remaja, usia romantis, tapi sudah sangat banyak mempersembahkan kontribusi untuk peradaban menulis di tanah pertiwi. Sudah banyak karya yang dilahirkan oleh santri-santri FLP, mulai karya fiksi hingga nonfiksi. Sudah banyak karya-karya anak FLP yang diadaptasi ke layar lebar, seperti karya Ahmad Fuadi dengan Negeri 5 Menaranya, Asama Nadia dengan karya monomentalnya: Emak Ingin Naik Haji, Assalamulaikum Bejing, dan teranyar Surga Yang Tak Dirindukan. Tak Ketinggalan juga karya Kang Abik, Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan sebagainya. Debut fenomenal mendatang adalah adaptasi karya Helvy Tiana Rosa, Ketika Mas Gagak Pergi yang sudah mengalami cetak ulang hingga 10 kali sejak 2011.  

Selain itu, masih banyak bukti-bukti tak terbantahkan lainnya yang dilahirkan oleh Forum Lingkar Pena semisal berdirinya cabang dan ranting-ranting di seluruh pelosok. Masyarakat banyak mengakui produktivitas yang dilahirkan oleh santri-santri Forum Lingkar Pena tersebut, dan negara seharusnya membuka mata untuk tidak mengingkari faktulitas sumbangsihnya kepada bangsa dan negara. Negara tidak boleh memandang sebelah mata atas "jasa-jasa FLP". Ini bukan bentuk gugatan kepada negera, tapi sekadar peringatan di tengah-tengah sibuknya negara melawan dolar dan segala keterpurukannya.

Depalan belas tahun, bukan waktu yang singkat bagi FLP berjibaku mencerahkan jiwa-jiwa yang gelap lewat bacaan-bacaan yang mencerahkan. Delapan belas tahun, FLP telah berlelah-lelah dan tak pernah mengemis kepada negara untuk memberikan penghidupan yang layak. FLP tidak mau menyibukkan negara untuk mengurus dirinya sendiri, meski akhirnya negara telah "menipu" dengan memberikan peluang kepada para pengkhianat untuk mencuri kekayaan negara. Pengkhianat itu adalah koruptor yang tidak bisa diampuni oleh rakyat, kecuali berjalan mundur dari sabang hingga Merauke.

Forum Lingkar Pena melecut pesat tanpa topangan dana dari pemerintah. FLP dengan niatan tulus, perjuangannya melesat bagai kilat dan merambah ke setiap lekuk bumi nusantara hingga manca negara, seolah memberi kabar kepada mereka, bahwa dana bukan satu-satunya alasan untuk berhenti berjuang. Militansi santri-santri FLP juga tak terbantahkan. Contoh kecil, misalnya karya mereka ditolak media atau penerbit, santri-santri FLP tak patah arang. Mereka tidak berputus asa. Mereka terus memotivasi dirinya untuk tetap bisa menulis, seolah benar-benar tidak peduli dengan langit yang akan runtuh.

Lalu, kontribusi yang mana lagi yang hendak engkau ingkari, wahai negara? Membayangkan negara sekuat santri-sanrti FLP dalam berjuang, rasanya dalam sekejap, negara akan menjadi jaya di antara negara-negara adidaya. Tirulah generasi-generasi FLP yang pantang surut itu. Setidaknya, negara perlu belajar kepada bangsanya sendiri: kepada FLP, dan kepada oraganisasi-organisasi lain yang sukses mengelola rumah tangganya.

Organisasi kepenulisan terbesar yang dimiliki negara saat ini, tak dimiliki oleh negara lain. Mungkin, negara lain tidak memerlukannya, karena negara tersebut sudah berhasil melakukan pemberdayaan terhadap masyarakatnya untuk tekun MEMBACA dan MENULIS. Masalahnya, di negara yang masyarakatnya hedonis, konsumtif terhadap harta benda, maka organisasi seperti FLP sangatlah diperlukan, dan negara "wajib" menggandingnya. Bukan malah melulu sibuk dengan politik tengik yang meresahkan kehidupan masyarakat.

Bergabunglah dengan Forum Lingkar Pena, untuk kemajuan peradaban bangsa dan negara, dengan syarat tidak mencari penghidupan di dalamnya, tetapi berusaha: MENGHIDUPKANNYA. FLP, satu-satunya organisasi terbesar di tanah air, dan hingga kini belum ada yang menandinginya, baik secara kualitas mau pun kuantitas.

***

 

Nun Urnoto, Pengurus Wilayah Forum Lingkar Pena Jawa Timur.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun