Mohon tunggu...
Dinamis Tulen
Dinamis Tulen Mohon Tunggu... -

Merayu diatas kebisuan Laksana tubuh memanjat hujan Yang tak mungkin ada..selama bibirmu tak bersuara.. Walau pelan, tapi itu keindahan dan kerinduan Karna engkau adalah pilihan Datang bersama keikhlasan dan ketulusan.. Hati bicara tapi mata tak terpandang Mungkin telah hilang sejarah kebimbangan Antara kita atau lembayung senja.. Lepaskan balutan tirani, fajar menanti bersama embun sejuk…

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negeri Siapa Ini

16 Desember 2016   15:20 Diperbarui: 16 Desember 2016   19:55 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kakiku melankah menyusuri hari

Melewati kehidupan zaman yang hampir hilang

Pada satu titik


Aku berhenti melangkah

Terbungkam kebingungan dalam kenyataan

Aku berpaling kearah matahari terbit

Terbentang luas pemukiman kumuh


Bagai sampah…menjijikkan !

Kupalingkan wajahku kearah mata hari terbenam

Terlukis panorama gedung pencakar langit

Tegak menantang..penuh keangkuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun