Waktu sekolah SMU Â di Bukittinggi tahun 80-an, saya sempat terpicut dengan ketupat dan nasi kapaunya. Juga masakan tradisional lainnya. Karena saya ngekost, jadi kebanyakan cari masakan matengnya, dan nasi masak sendiri. Di bukittinggi, gampang mencari makanan itu. Bisa di Pasar Lereng, atau pasar Bawah. Karena saya ngekost di daerah Tarok, saya lebih banyak belanja di pasar Aur Kuning.
Setelah menetap di Jakarta awal 1986, saya masih rindu dengan masakan ala Bukittinggi itu. Biasanya saya mendapatkan di jalan Kramat Raya, dengan julukan Nasi Kapau. Tapi nasinya memang beda dengan Bukittinggi. Nasi Kapau ala Jakarta masih nempel, sedang nasi Bukittinggi berderai. Alias terpisah-pisah seperti kacang. Saya kalau makan nasi kapau, sama seperti makan Nasi masakan Padang atau Warteg.
Nasi  khas Kapau Bukittinggi dimasak dengan beras Solok asli. Berasnya tidak menyatu kalau dimasak. Wow makjus bener. Satu-satu tempat di Jakarta yang biasa aku kunjungi adalah proyek Senen. Kebetulan tahun 80-an aku ngantor di proyek senen ini. Jadi tiap hari makannya disitu juga.
Gulai gajeboh, dendeng batokok (Dipukuli pakai batu, kasihan deh), lada hijau, Rendang Itik, Rendang Telur, Gulai kupat pakis, gulau kupat kapau yang dicampur pecel, dan sala. Minuman teh  telor dan kopi telor. Itu adalah menu makanan dan minuman  yang komplit dan bisa kita temukan disini.
Lokasi tempat itu di pasar inpres senen lantai 1. Supaya aman jika membawa kendaraan roda empat parkirkan di Atrium Senen, kemudian melewati jembatan penyebrangan di lantai 2 ke pasar inpres senen.
Sambil berjalan, kita bisa melirik harga tas dan jam mewah nan murah yang di jual pedagang sepanjang jalan. Nah setelah sampai di Pasar Inpres, kita juga digiurkan dengan kue-kue basah dengan harga basah juga. Alias harga murah. Baru kemudian menaiki tangga lantai 2, menuju toko-toko yang mengerjakan barang cetakan. Lokasi masakan khas Bukittinggi asli ya di tempat ini.
Harga makanan disini juga murah meriah. Sala, alias godok piaman; isinya ikan dan tepung-Cuma Rp 1000 per biji. Makan nasi dengan Gajeboh Rp 15 ribu. Ketupat Kapau dengan gulai pakis plus telor balado  Rp 15 ribu. Murah deh.
Jadi kalau rindu masakan khas Bukittinggi, yang aman parkirnya dan murah, ke sini saja. Mana tahu seleranya sama dengan saya.
[caption id="" align="alignnone" width="640" caption="Los Lambung di bukittinggi (Foto:Dok Minang Forum)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H