Mohon tunggu...
Sobari Gulfry
Sobari Gulfry Mohon Tunggu... -

cuman orang yang prihatin liat ini negara cuman maju mundur kayak bajaj - naek turun kayak ingus..\r\n\r\nlom bisa kasih kontribusi, jadi kasih komplenan jaa... tp membangun looooh...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kuku Bima, Mengapa Hitam Peringkatmu?

2 Februari 2012   07:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:09 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kementrian Lingkungan Hidup dalam laporan PROPER 2010-2011, mengenai Peringkat Kinerja  sebuah Perusahaan dalam Mengelola Lingkungan Hidup (http://www.menlh.go.id/hasil-penilaian-proper-periode-2010-2011/), menempatkan 49 perusahaan dalam kategori HITAM dari 5 kategori yang ada (EMAS, HIJAU, BIRU, MERAH, HITAM) dan salah satunya adalah SIDO MUNCUL. Dimana peringkat HITAM ini berarti bahwa perusahaan telah sengaja melakukan perbuatan ataupun kelalaian yang mengakibatkan pencemaran dan atau kerusakan terhadap lingkungan dan ditambah lagi pelanggaran terhadap peraturan perundangan ataupun tidak melakukan sangsi administrasi.

Sebagai salah satu pengguna produk keluaran SIDO MUNCUL seperti KUKU BIMA maupun TOLAK ANGIN, saya merasa SANGAT KECEWA dengan hasil tersebut. Saya secara pribadi merasa turut serta dalam merusak lingkungan; karena bagaimana pun juga sebagai konsumen saya turut menyumbang dalam besar dan berkembangnya perusahaan tersebut.

Hasil  tersebut sangat bertolak belakang dengan segala kegiatan dan iklan yang mereka lakukan. Dalam kegiatan mereka menampilkan diri sebagai sebuah produsen yang perduli terhadap lingkungan, baik alam maupun manusianya. Terlihat seperti kegiatan Sosial yang mereka lakukan dengan mengatasnamakan produk KUKU BIMA. Maupun iklan KUKU BIMA yang selalu muncul di layar televisi kita, dan mengambil tema kebudayaan lokal dan keindahan alam INDONESIA.

Apakah memang slogan dan kampanye tinggal slogan dan kampanye, hanya berbunyi tetapi tidak berbuah; yang utama adalah mengejar keuntungan. Membangun persepsi perusahaan, tetapi mengabaikan lingkungan.

Sebagai perusahaan lokal, tidakkah kita lebih wajib lagi dalam menjaga alam kita ini. Apabila bukan kita yang menjaga dan memberikan kontribusi, apakah kita mengharapkan pihak asing yang melakukannya untuk kita?

Marilah kita meningkatkan NASIONALISME dan CINTA TANAH AIR dengan sebuah tindakan nyata. Tidak hanya. sekedar slogan dan jargon.

Sumber:

http://www.menlh.go.id/hasil-penilaian-proper-periode-2010-2011/

http://www.menlh.go.id/DATA/Press_release_PROPER_2011_OK.pdf

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun