Natal yang diperingati oleh umat Kristiani kemarin adalah salah satu perayaan besar dalam agama mereka, selain perayaan Paskah yang mereka rayakan biasanya di bulan ketiga. Yang layak kita tahu bahwa umat Kristiani sangat berpegang pada hukum kasih yang menjadi hukum utama dan terutama.
Terlepas dari ajaran utama umat Kristiani, kasih sejatinya juga milik semua agama yang kita kenal di Indonesia. Baik dari Islam, Kristen Protestan, Kristen, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Bahkan beberapa aliran kepercayaan di Indonesia yang berjumlah ratusan itu juga mengenal apa yang disebut sebagai welas asih. Jadi semua agama diyakini juga punya hal yang sama meski dengan konsep dan nama yang berbeda.
Apalagi Indonesia yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke memiliki perbedaan yang sangat banyak. Tak hanya keyakinan tapi juga etnis (adat) , bahasa bahkan warna kulit. Hal itu harus kita sadari bersama, karena dengan berbeagai perbedaan itu, akhirnya kita sepakat untuk membangun sebuah negara.
Itu tentu tidak mudah. Dan para faiounding fathers kita tentu sudah mempertimbangkan hal ini sehingga Pancasila lah yang dipakai sebagai filosifi bangsa kita. Dan memang Pancasila yang paling cocok karena dia lentur terharadap perbedaan yang dimiliki Indonesia.
Karena itulah kita semua harus sadar bahwa memaksakan satu keyakinan, tentulah tidak baik untuk bangsa kita Berpandangan sempit dengan bersikap fanatik terhadap keyakinan senditi juga bukan hal yang elok untuk diterapkan di bangsa kita. Kita tahu bahwa beberapa kali umat Kristiani dibom oleh orang-orang yang berpandangan sempit dan menerjemahkan welas asih di ajaran agama dengan keliru.
Akibatnya tentu saja, hormonisasi antar umat beragama menjadi terusik. Kita harus memperbaiki dan membangun kembali harmobi itu sehingga bangsa kita kembali padu.
Bom pada saat misa di Filipina beberapa waktu lalu mungkin mengingatkan kita pada terusiknya harmoni antar umat beragama. Meski berada di Filipina kejadian bom saat umat lain melakukan misa mengingatkan kita pada  bom Makasar , bom Surabaya, bom Mojokerto, bom di saat natal di Jakarta dll.
Semoga kita (dan beberapa pihak yang selalu menonjolkan perbedaan di tengah harmoni berbangsa kita) diberi kesadaran bahwa saling menghargai itu penting meski kita berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H