Sejak tahun 2000, dimana aksi teror mulai marak di Indonesia, peran perempuan dalam hal ini memang tidak terlampau terlihat, namun ada. Kita tahu hampir seluruh pelaku bom bali satu asal Lamongan adalah laki-laki yang merakit bom mobil dan membawanya ke Bali.
Namun seiiring waktu, pelaku teror di Indonesia bergeser. Tidak hanya melibatkan laki-laki dan membawa alat bom yang berkilo-kilo bahkan beberapa puluh kilo. Namun pelaku pengeboman bergeser menjadi laki-laki muda sekitar belasan tahun atau berumur 20-tahunan awal.
Selain itu peran perempuan dalam hal terorisme juga semakin meningkat. Beberapa peneliti asing dan lembaga peneliti asing mengungkap bahwa sekitar 49 perempuan yang sejak tahun 2003 sampai 2020 yang ditangkap, diproses ke tingkat pengadilan dan dijatuhi hukuman penjara karena keterlibatannya di organisasi dan sel-sel terorisme.
Yang membuat sedih adalah makin tahun hal itu makin bertambah. Malah keterlibatan mereka tidak di garis belakang lagi namun sampai di garir depan (dominan) Yang paling menonjol adalah keterlibatan istri dari pasangan suami istri yang melakukan bom bunuh diri di gereja Katedral Makassar 28/3/2021. Pendalaman yang dilakukan oleh Densus 88 menyebut bahwa sang istrilah yang terlebih dulu punya jaringan dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), baru kemudian suaminya.
Selang tiga hari setelah peristiwa di Makassar, ada seorang wanita belia yang kemudian diketahui adalah mahasiswa DO dan berasal dari keluarga baik-baik dari Jakarta Timur ternyata merupakan pelaku penyerangan Mabes Polri dnegan menggunakan senjata jenis air soft gun. Pelaku yang kemudian adalah 'lone wolf terorism' yaitu melakukan pengeboman seorang diri melakukan aksi teror tersebut seorang diri dan tidak terafiliasi dengan kelompok tertentu. Mereka melakukannya dengan inisiatif pribadi dan didorong oleh motif tertentu. Motif ini biasanya adalah faham tertentu.
Nyatalah kini bahwa jika sebelumnya perempuan kerap dijerat kasus terorisme karena menyembunyikan tersangka terorisme  (karena hubungan kekerabatan atau dibawah ancaman) atau hanya sekadar memandata dari belakang, kini menjelma menjadi pelaku atau orang yang berada di garda depan menjadi pengantin (pengebom itu sendiri). Intinya perempuan telah berevolusi dalam lingkaran terorisme dan menjadi simpul dan pemicu penting bagi peristiwa terorisme di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H