Mohon tunggu...
Gian Darma
Gian Darma Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

seorang yang suka seni dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Idul Adha adalah Momentum Melihat Perbedaan

1 Juli 2023   17:18 Diperbarui: 1 Juli 2023   17:21 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua decade ini kita selalu disibukkan oleh persoalan intoleransi. Persoalan intoleransi tidak hanya melanda Indonesia tapi juga beberapa negara di dunia. Beberapa negaa Eropa seringali dilanda pengeboman oleh oang-oang yang tidak dikenal, seperti di Inggis, Jerman dan beberapa negaa lainnya.

Intoleransi memang terasa pelik. Karena dia berkelindan dengan ajaran agama yang harus dilaksanakan. Intoleransi ian marak teritama oleh beberapa pihak yang memiliki tafsir yang salah tehadap ajaran Islam. Seperti tafsir soal peperangan dan kaum yang berbeda yaitu kafir.

Penafsiran yang salah ini seringkali karena penghilangan konteks ayat yang tertulis di al quran dan hadist nabi. Pada saat alquran diturunkan atau hadist ditulis, tanah arab penuh dengan peperangan antar suku dan keyakinan. Karena itu saat Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah. Dan ketika di Madinah Nabi Muhamad memberikan

Masa keemasan teknologi informasi memperburuk intoleransi. Penafsiran yang salah soal ajaran agama teramplifikasi pada bebeapa pihak yan punya komunitas tertentu. Pada Indonesia kita dapatkan di beberapa komunitas seperti pengajian eksklusif atau para dari yang memiliki channel sendiri dan mengajarkan penafsiran yang salah soal ajaran islam.

Ini yang kemudian memberikan atmosfer yang berbeda soal toleransi karena mereka mengedepankan teks dibanding konteks ajaran agama. Sehingga membawa kita ke situasi yang saling terpecah pecah dan saling acuh satu sama lain. Kita bisa merasakan itu di banyak bidang kehidupan kita, dari kehidupan bertetangga sampai kehidupan pendidikan.

Banyak sekolah yang mengajarkan intoleransi sejak usia dini dan menjadi bom waktu pada saat kita sudah dewasa. Kita bisa melihatnya saat bom Suabaya dimana bibit radikal sudah ditanamkan sejak kecil oleh orangtua mereka.

Idul Adha sebenarnya adalah momentum untuk menyatukan semua perbedaan di atas karena makna terdalam dari idul adha adalah pengorbanan. Pengorbanan adalah salah satu hal yang paling hakiki sifatnya, Arti simpel dari pengorbanan adalah meluruhkan diri. Menekan perbedaan yang ada dan melihat persoalan sesuai konteks sehingga kita bisa dewasa dalam melihat perbedaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun