Sekitar seminggu lalu saya pernah membaca di media soal mantan preman di kabupaten Banyuwangi yang ingin berubah lebih baik. Para preman kampung yang konon sudah bertobat ini ingin bermanfaat bagi sekelilingnya . Mereka lalu menamakan diri mereka sebagai Gerakan Preman Sangar (GPS) Tetapi mereka bukan ormas atau LSM.
Ketua GPS yang bernama Sholehudin mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya selalu ingin bermanfaat , berdaya guna dan menginspirasi masyarkat sekeliling khususnya masyarakat Banyuwangi. Hal yang sudah mereka lakukan adalah membersihkan tempat ibadah serta tempat pemakaman. Hal yang sering terlewat oleh warga sekitar terutama soal membersihkan pemakaman.
Menurut dia, mereka sudah sangat lelah dicap sampah masyarakat dan tidak berguna bagi sekitar. Di masa lalu mereka kerap Mereka ingin memperbaiki diri supaya bisa menjadi bagian dari masyarkat secara normal. Dengan menjadi bagian dari masyarakat maka mereka bisa berkontribusi demi kemajuan bersama.
Keinginan dan peristiwa seperti ini harus kita apresiasi. Kembali ke "jalan yang benar" setelah sekian lama bergelut dengan perbuatan melawan hukum alias criminal.Â
Seorang criminal atau mantan criminal akan sulit diterima oleh masyarakat apalagi jika mereka mencari pekerjaan. Atau jika rantai komunikasi ex criminal terlalu kuat, maka mereka akan kembali lagi ke dunia criminal.Â
Pertama karena tidak diberi kesempatan oleh masyarakat atau secara mental para ex criminal ini malas untuk berusaha secara maksimal. Pada titik ini, kita harus mengapresiasi Gerakan Preman Sangar (GPS) itu.
Karena itu, setiap keluarga di Indonesia tentu tidak mengharapkan satu anggota keluarga mereka dianggap sampah masyarakat. Apalagi anak-anak mereka. Atau bisa juga keponakan mereka. Peran keluarga amat penting untuk membentuk pribadi tiap anggota keluarga.
Jika keluarga jarang menghargai jika salah satu anak mereka berprestasi, maka pribadi sang anak akan terbentuk bahwa prestasi setinggi atau seberharga apapun tidak perlu dihargai. Atau jika sebuah keluarga tidak pernah memuji anggota keluarga lain, maka dia akan menjadi pribadi yang sinis.
Atau bisa juga jika sebuah keluarga permisif soal kekerasan atau kekerasan, maka dia akan menjadi dekat dengan kekerasan. Seseorang bisa dengan mudah menempeleng, menendang, Â membunuh dengan gnting, membunuh dan kemudian dicor seperti kita lihat di media massa.
Di sinilah kita bisa paham bahwa betapa penting peran keluarga dalam banyak hal. Agar kita bisa membentuk generasi muda yang punya kepribadian yang baik, maka sebagi orangtua kita harus terlebih dahulu menampilkan kepribadian yang naik pula.