Mohon tunggu...
Gian Darma
Gian Darma Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

seorang yang suka seni dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dakwah Washatiyah dan Kita

17 September 2020   19:42 Diperbarui: 17 September 2020   19:49 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sedikit yang tahu cerita tentang Rasulullah yang pernah secara rutin menyuapi seorang pengemis buta yang punya kepercayaan Yahudi yang selalu mengolok-olok sang Nabi saat mulai menyebarkan agama Islam, baik di Makkah maupun di  Madinah. Pengemis buta yang berkeyakinan Yahudi tersebut menyebut sang Nabi sebagai pembohong, penipu dan lain sebagainya, namun Nabi Muhammad SAW dengan sabar selalu menyuapinya sampai sang pengemis buta itu tutup usia. 

Demikian cara Nabi untuk memberikan teladan kepada orang yang percaya padanya maupun orang yang tak percaya bahkan yang menghujat dia. Teladan Nabi itu adalah cara dakwah yang paling paripurna karena bisa mengimplementasi kebaikan yang sering diucapkan oleh penyebar agama. Cara nabi itu melebihi cara seorang da'i atau ulama yang berbusa-busa berkata tentang kebaikan yang belum tentu bisa dijalani oleh ia sekalipun.

Pada masa kini ada banyak tantangan seorang penceramah agama maupun umat itu sendiri. Kebanyakan dai atau penceramah agama memang berkutat pada apa yang ditulis pada al-Quran dan hadist Nabi saja. Sedangkan tantangan bagi umat adalah mendapatkan da'I yang mengajarkan ajaran Islam dengan cara tepat sehingga bisa diimplementasikan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada umat tersebut. Semisal Indonesia yang punya keberagaman ini tentu dakwah yang disampaikan berbeda cara dengan dakwah yang berkembang di yordania atau timur tengah.

Umumnya Dakwah Islamiyah yang dilakukan punya beberapa karakter antara lain Rabbaniyah artinya dakwah yang bersumber dari wayu Allah SWT, washatiyah yang artinya di tengah-tengah atau tawazzun, ijabiyah artinya positif dalam memandang alam, manusia dan kehidupan. Keempat adalah dakwah waqi'iyyah yang artinya realistis memperlakukan individu dan masyarakat, kelima adalah dakwah yang bersifat akhlaqiyyah yaitu sarat dengan nilai-nilai kebenaran , baik dalam sarana maupun tujuannya.

Keenam adalah dakwah yang bersifat syumuliyah yang artinya utuh dan menyeluruh. Alamiyah artinya bersifat mendunia atau global. Sedangkan keempat adalah syuriyah yang artinya berpijak di atas prinsip musyawarah dalam menentukan segala sesuatunya. Sedangkan dakwah kesembilan adalah dakwah yang bersifat jihadiyah artinya terus memerangi siapa saja yang menghalangi Islam dan mencegah tersebarnya dakwah dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya. Dan terakhir adalah dakwah salafiyah yang biasanya berdakwah dengan konten yang berusaha menjaga orisinalitas dalam pemahaman aqidah.

Dari sepuluh karakter dakwah yang ada maka yang paling cocok dengan Indonesia adalah dakwah yang bisa merangkul semua pihak yang disampaikan dengan santun, yaitu  dakwah washatiyah.

Dakwah washatiyah menjadi solusi dalam menjaga keseimbangan dalam berbangsa dan bernegara di negara kita. Ia bisa berfungsi menjadi jembatan dalam menyebarkan agama dan memelihara harmoni dengan pihak lain.

Dengan memakai dakwah ini insyaalah para dai akan mendapat hikmah dari umat yang berlipat-lipat banyaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun