Mohon tunggu...
Gian Darma
Gian Darma Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

seorang yang suka seni dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama Memberi Panduan Kedamaian

25 Desember 2018   11:04 Diperbarui: 25 Desember 2018   11:49 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua tahu bahwa agama diturunkan dimaksudkan sebagai petunjuk dan pemberi makna bagi kehidupan kita. Agama seringkali lahir dari situasi konflik di sekitar atau konflik dari dalam manusia itu sendiri.

Kita tentu tahu bagaimana Sidharta Gautama. Saat itu merupakan putra dari Raja Suddhodana dari kerajaan Kosala di Kapilawastu India yang hidup pada tahun 563 -486SM. Pada suatu hari dia berjalan-jalan keluar istana untuk pertama kalinya. Saat itu dia melihat bahwa ada orang sakit, menderita kelaparan dan menderita karena orang lain. Dia situ dia juga melihat orang meninggal. Saat dia keluar istana itu dia menjumpai hal-hal yang tidak menyenangkan yang tidak pernah dia alami di Istana.

Beberapa waktu kemudian dia mencari pencerahan hidup. Meninggalkan istana dan menuju tengah hutan Bodh Gaya untuk bersemedi. Ia bertapa di bawah pohon semacam beringin. Pohon itu kemudian dikenal sebagai pohon Bodhi.

Sejak saat itu, Sidharta Gautama dikenal sebagai Sang Buddha artinya yang disinari. Peristiwa ini terjadi pada tahun 531 SM. Usia Sidharta waktu itu kurang lebih 35 tahun. Wejangan yang pertama disampaikan di Taman Rusa di Desa Sarnath, India.

Tiga inti ajaran Budha adalah tidak berbuat kejahatan (di Vinaya Pitaka). Dua adalah berbuatlah kebajikan (di Sutta Pitaka) ketiga adalah Sucikan Pikiran (di Abhidhamma Pitaka). Ketiga ajaran inti ini diyakini akan membawa kebahagiaan dan ketentraman bagi yang mengikuti.

Tak hanya Budha. Tapi juga Hindu, Kristen, Islam dan beberapa agama lain juga mengajarkan perbuatan baik. Perbuatan baik itu pada akhirnya akan membawa masyarakat pada kedamaian dan kebahagiaan. Hal itu tidak saja membawa rasa aman bagi sesama tapi juga bagi bangsa.

Tapi sayangnya , agama seringkali dipakai untuk memicu pertentangan. Agama sering dipakai sebagai penyebab lahirnya konflik dan kekerasan. Sehingga sering terjadi agama menjadi pemecah  persaudaraan antar manusia. Ideologi atau keyakinan sering diletakkan untuk menghancurkan adan membianasakan kehidupan manusia.

Hal itu bisa terjadi karena agama tidak diletakkan sebagaimana mestinya. Yaitu sebagai siprit untuk membangun perdamaian bagi kepentingan sesama. Sama dengan Gautama yang melihat penderitaan manusia karena pertentangan antar mereka, dia menawarkan jalan jernih untuk menuju perdamaian.

Karena itu kita harus mengubah kondisi yang salah. Konflik kemanusiaan yang ada saat ini dapat diredam dengan nilai-nilai agama itu sendiri. Agama memberi panduan bagi manusia dan komunitasnya untuk membangun situasi yang penuh damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun