Mohon tunggu...
Tuhu Nugraha Dewanto
Tuhu Nugraha Dewanto Mohon Tunggu... Konsultan - Principal of Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN)

I am a digital and metaverse business consultant with a broad experience in various fields including consulting, training, lecturing, and digital campaign execution. My expertise lies in social media, digital transformation, integrated digital strategy, cybersecurity, and new technology such AI, blockchain, and metaverse. I have collaborated with over 100 clients across diverse industries and have been involved as a mentor in multiple startup incubation programs. In addition to my consultancy work, I am also an experienced trainer and guest lecturer, with over 2000 hours dedicated to teaching digital transformation, digital marketing, and social media. I have worked with large companies and institutions across Indonesia, and my opinions on digital marketing and social media have been featured in prestigious Indonesian media. Moreover, I have expanded my expertise to the international stage, speaking about new technologies like AI and blockchain in various countries including Dubai, Istanbul, and Singapore.

Selanjutnya

Tutup

Money

Social CRM Part 7: How To Treat Your Database

22 Oktober 2012   13:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:31 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di artikel-artikel sebelumnya saya banyak membahas mengenai pentingnya database, dalam strategi digital marketing yang terkait dengan Social CRM. Lalu setelah Anda mengumpulkan database, apa yang akan dilakukan? Saya sering  melihat bahwa brand begitu semangat membuat campaign digital maupun offline. Punya begitu banyak database, lalu setelahnya ya sudah ditelantarkan begitu saja.

Atau sibuk membuat komunitas dengan merayu dengan beragam cara agar audiens mau sign in, dan meninggalkan jejak database-nya. Setelah itu? Ya hanya sampai disini saja ceritanya. Brand cukup puas ketika punya database-nya, lalu bisa dimanfaatkan untuk e-mail blast atau kirim newsletter. Apakah ini salah? Jelas tidak, tapi sayang sekali kalau database yang begitu berharga hanya sampai disini.

Profile & Behaviour Mapping

Pekerjaan pertama yang perlu dilakukan adalah dari database yang ada perlu dikelompokkan dan dikategorikan. Misalnya pengkategorian berdasarkan rentang umur, lokasi geografis, gender, lalu hobi misalnya. Mengapa ini penting? Karena ketika Anda ingin menghubungi mereka? Maka Anda dengan mudah untuk menentukan untuk mengirimkan informasi kepada siapa?

Misal saja, bila Anda bikin aktivasi roadshow di kota Makassar? Apakah Anda harus mengirimkan ke mereka yang berada di Malang? Tentu tidak kan? Karena hal ini jelas tidak relevan bagi audiens Anda. Dan email yang dikirim alih alih menjadi bermanfaat, akan dianggap sebagai spam atau email sampah.

Contoh lain misalnya, apabila Anda ingin menawarkan diskon produk-produk rumah tangga misalnya. Apakah ini akan berguna bagi para pria? Atau mereka yang di bawah 25 tahun, asumsinya mereka belum berumah tangga, dan membutuhkan produk tersebut.

Customer Value

Nilai dari konsumen dan database yang kita punya sangat beragam. Pernah dengar bahwa 80% pendapatan kadang dikontribusikan oleh 20% konsumen loyal Anda. Untuk lebih memahami mengenai customer value baca di sini .

Coba dihitung konsumen mana yang memberikan kontribusi besar bagi perusahaan, lalu konsumen mana yang potensial untuk ditingkatkan konsumsinya, dengan membeli lebih banyak, atau membeli produk yang lain. Dan konsumen mana yang hanya menjadi beban. Hal ini sering kali terlupakan oleh Anda ketika mengumpulkan, dan mengelola database.

Special Treatment

Setelah tahu konsumen mana yang punya value tinggi dan rendah dalam jangak periode tertentu, misal saja selama satu tahun. Lalu definisikan, perlakuan seperti apa yang akan diberikan kepada mereka? Jangan sampai mereka yang berkontribusi sangat besar, diperlakukan sama dengan konsumen yang hanya jadi beban ke perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun