Bagaimana mungkin Moeldoko mau bersusah payah ikut mengangkat eksistensi Partai Demokrat? Selemah itukah dirinya sehingga dianggap belum tentu mampu mendirikan sebuah partai politik?
Izinkan saya menduga, bahwa jangankan kalangan Partai Demokrat, para kader dari partai lain tentu berharap juga Moeldoko masuk bergabung ke partai mereka. Siapa sih yang meragukan Moeldoko? Di samping rekam karir cemerlang di militer, ia juga mumpuni dalam memimpin.
Berikutnya, apa benar Moeldoko bisa dengan gampang menembus benteng pertahanan di tubuh Partai Demokrat untuk merampas posisi AHY, sementara di sana ada SBY yang pengaruhnya begitu kuat? Semua orang tahu, AHY jadi ketua umum karena SBY.
Posisi AHY, Ujian Kepemimpinan, dan Peningkatan Kapasitas
Kembali ke judul tulisan, saya menganggap dengan munculnya isu kudeta, menjadi bukti bahwa Partai Demokrat sedang mengalami krisis kepemimpinan dan kepercayaan.
Maksudnya begini. Beberapa kader dan mantan kader Partai Demokrat membicarakan persoalan internal. Tidakkah bermakna jika kepemimpinan AHY diragukan? Mengapa mereka sampai meminta bantuan eksternal? Salahkah mereka melakukannya?
Menurut saya, yang namanya politik, hal-hal seperti itu sebuah kewajaran. Sebab, yang diperjuangkan sebuah partai politik bukan hanya kepentingan pribadi para pemimpin (jelasnya, kelanggengan posisi sang ketua umum), tetapi juga misi di masa mendatang.
Apa iya demi mempertahankan jabatan AHY, maka para kader Partai Demokrat dilarang "berpikir liar", semisal mencari sosok menarik untuk dijual? Sadarkah AHY (dan SBY), bahwa di balik ulah anggotanya, terungkap ketidakpercayaan terhadap dirinya?
Intinya, meskipun berstatus ketua umum, AHY dirasa belum layak "dijual", di samping diragukan kepemimpinannya. Maka dari itu, ketimbang membuat "kegaduhan politik" di masa pandemi ini, ada baiknya AHY memanfaatkan waktu untuk menempa diri supaya semakin berwibawa.
Sila pembaca mampir ke akun Twitter AHY. Di sana terdapat unggahan status terbaru, yang berisi rilis pidatonya, kemarin. Sungguh aneh, AHY membuka pidato (poin pertama dan kedua) dengan menyampaikan keprihatinan atas bencana alam dan wabah Covid-19 yang melanda negeri.
Andaikata saya berada di posisi AHY, saya pastikan tidak mengeluarkan pernyataan soal keprihatinan mengenai bencana alam dan pandemi. Karena memang tujuan saya sekadar "mencari perhatian".