Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY, Hantu Kudeta, dan Ujian Kepemimpinan

2 Februari 2021   11:32 Diperbarui: 3 Februari 2021   10:53 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono | Foto: ANTARA (Muhammad Adimaja) via KOMPAS.com

Namanya disebut terbuka, akhirnya Moeldoko bersuara. Ia tidak menepis kabar jika dirinya pernah bertemu kader dan mantan kader Partai Demokrat. Baginya, berbicara dengan setiap orang dari segala lapisan, semacam hal biasa, bahkan bila itu menyangkut persoalan politik.

Namun satu hal penting yang ditegaskan Moeldoko, permintaan untuk tidak membawa-bawa nama Presiden Jokowi. Urusannya dengan Partai Demokrat murni masalah pribadi. Tidak juga urusan KSP.

Malah, dalam keterangannya, Moeldoko mengajak AHY bersikap bijaksana dan tidak "baper". Maknanya, isu kudeta di Partai Demokrat sesungguhnya sejenis aib, yang mana ia terlibat berkubang di dalamnya.

Tentu pertanyaannya adalah, andai betul Moeldoko punya rencana "menggulingkan" AHY dari posisi ketua umum, bagaimana caranya? Bukankah berarti di sana bakal ada peran besar para kader dan mantan kader Partai Demokrat nantinya?

Sebab faktanya, Moeldoko belum berstatus kader ataupun pengurus di partai politik manapun. Mengapa AHY tidak menindak tegas di "ruang tertutup" para kader dan mantan kader, ketimbang membongkar aib ke ruang publik?

Mengapa AHY tidak lebih dahulu menimba hikmah pesan menjadi "the good" dari SBY, sehingga hal itu tidak hanya menjadi milik Moeldoko dan pihak-pihak lain di luar Partai Demokrat? AHY bukan orang biasa. Ia adalah pemimpin.

Sehingga, manakala AHY ingin menguatkan posisinya, yang perlu diwaspadai dan ditertibkan adalah anggota keluarga besar Partai Demokrat sendiri. Ancaman dari dalam lebih berbahaya daripada dari luar. Maka kurang tepat istilah "kudeta". Baiknya "makar politik".

Moeldoko dan Partai Demokrat

Berikutnya, seberapa pentingkah Partai Demokrat di mata Moeldoko sehingga mau menjadikannya sebagai kendaraan politik menyongsong Pilpres 2024? Sekali lagi, kalau betul ia menginginkannya dan bercita-cita mau jadi presiden.

Seandainya Moeldoko membidik kursi presiden kelak, dan direstui oleh Presiden Jokowi, kiranya pasti ada "kendaraan" dan cara lain yang bisa digunakan untuk meraihnya.

Bukan bermaksud meremehkan keberadaan dan kondisi Partai Demokrat sekarang, namun fakta membuktikan bahwa namanya kian merosot dan mulai hilang dari peredaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun