Namanya heboh di media sosial dan kini diangkat jadi salah satu topik berita oleh beberapa media. PT Eigerindo Multi Produk Industri atau kerap disingkat Eiger, disorot gara-gara mengirim surat keberatan kepada salah seorang YouTuber yang me-review produk kacamata.
Saya dan sebagian orang tentu tidak tahu persis, apa alasan atau latar belakang Eiger bertindak konyol dan akhirnya dianggap blunder. Saya sendiri sudah membaca isi surat keberatan tersebut, lalu surat klarifikasi dari Eiger.
Ditandatangani oleh HCGA & Legal General Manager, Eiger keberatan karena tayangan video buatan sang YouTuber tidak sesuai "harapan". Antara lain kualitas video kurang bagus, adanya suara di luar video utama yang cukup mengganggu, serta setting lokasi pengambilan video yang kurang pas.
"Apa hak Anda mengatur saya menggunakan barang yang sudah saya beli? Saya tidak menjelek-jelekkan produk Anda, mengapa Anda memprotes kualitas video serta cara saya mengambilnya?", kira-kira begitu ringkasan tanggapan sang YouTuber di akun media sosialnya.
Menyaksikan surat keberatan mereka viral, Eiger berikutnya menerbitkan surat klarifikasi, yang isinya membenarkan asal surat, meluruskan apa yang mereka maksud, dan meminta maaf atas penyampaian yang salah.
Menutup bunyi surat klarifikasi yang ditandatangani CEO, Eiger tak lupa berterima kasih kepada para "Eigerian" (pecinta produk) yang telah bersusah payah mengulas kelebihan produk mereka.
Benarkah Eiger sekonyol itu? Seburuk itukah manajamen dan koordinasi di internal mereka? Mungkinkah seperti yang dikira oleh sahabat saya, Kompasianer bernama Steven Chaniago, bahwa pengiriman surat keberatan dengan "bunyi aneh" itu disengaja?
Ada banyak kemungkinan. Bisa memang murni blunder, dan bisa juga sebuah kesengajaan. Atau malah kedua-duanya patut diduga blunder yang disengaja. Namun sekali lagi, yang paling tahu adalah pihak Eiger. Saya dan pembaca sekadar mengira-gira.
Di sini, saya tidak ingin membahas di sisi mana blundernya dan di sisi mana pula kesengajaannya. Hal yang pasti saya yakini, dan terbukti, bahwa sekarang Eiger mendapat "tempat istimewa" di media online.
Mari berhenti menyoal "keblunderan" Eiger. Toh persoalan sudah diselesaikan secara damai. Maknanya, tidak mungkin ada ruang tuntut-menuntut antara Eiger dan sang YouTuber.
Memposisikan maksud tulisan ini biar tidak siur, saya mau mengatakan bahwa langkah susulan Eiger, yang bilamana betul blunder (tak disadari), dengan cepat merespon baik keberatan balik dari sang YouTuber, sangat bagus.