Saya kira cuma saya yang ikut mencari informasi terkait kondisi para penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182 lewat internet, khususnya di media sosial. Rupanya ada banyak netizen lain yang melakukan hal serupa.
Sejak peristiwa memilukan jatuhnya pesawat Sriwijaya yang terbang dari Jakarta menuju Pontianak itu dikabarkan, termasuk adanya rilis nama para penumpang, dengan jujur saya mengaku, saya turut menelusuri identitas korban di dunia maya.
Ya, saya yakin, tujuan saya melakukan ini persis sama dengan yang dimiliki netizen lainnya. Yakni bahwa sebagai sesama manusia, saya dan mereka merasa prihatin atas musibah yang menimpa para korban dan keluarga.
Tidak ada upaya yang bisa saya lakukan, selain memastikan bahwa para penumpang tadi dalam keadaan sehat. Artinya bukan termasuk korban pesawat jatuh. Saya tidak mungkin ikut menyelam bersama anggota BASARNAS dan satuan lainnya di laut sana.
Apa yang saya lakukan? Saya mencari satu per satu daftar nama yang dirilis, siapa tahu mereka punya akun media sosial. Hasilnya, ada sekian nama yang tercantum di penelusuran, dan ada pula yang tidak.
Nama yang tercantum pun, sebagian dikunci sehingga informasi tentang mereka sulit dikonfirmasi. Pemilik akun media sosial yang namanya sama dengan daftar dan tidak dikunci, langsung saya sapa.
Pertanyaan saya dan teman-teman netizen hampir sama, yaitu menanyakan kabar. Bunyinya kira-kira begini: Mas (atau Mbak), apakah dalam keadaan sehat sekarang ini? Kalau sehat, tolong dibalas ya.
Ada juga netizen, yang karena sudah beberapa menit bahkan jam pertanyaannya tidak direspon, sampai mengulang bertanya berkali-kali: Woi Mas (atau Mbak), ayo dong dibalas komentarnya. Kita khawatir nih!
Masih banyak lagi bentuk kalimat sapaan dari netizen. Akhirnya, sekian pemilik akun yang disasar mengonfirmasi jika dirinya bukanlah salah seorang penumpang pesawat. Mereka mengaku dalam keadaan sehat.
Bukankah saya dan para netizen tadi kebanyakan tidak saling kenal? Mengapa harus rela meluangkan waktu dan menghabiskan kuota hanya untuk mencari informasi orang lain?
Mengulang apa yang saya sampaikan di atas, aksi ini merupakan wujud kepedulian terhadap sesama manusia. Kita sulit mencari mereka langsung di perairan Kepulauan Seribu. Maka salah satu kontribusi sederhana adalah menyapa mereka di media sosial.