Tidak heran ketika kader sekaligus mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono menilai, kasus Edhy dan Iis semacam "tabokan" luar biasa di muka Prabowo. Tidak hanya tertabok, Arief pun menilai kasus ini bakal mengubur mimpi Prabowo yang masih ingin jadi presiden kelak.
"Nah, dengan ditangkapnya Edhy Prabowo, tamat sudah cita-cita Prabowo Subianto jadi presiden Indonesia serta akan berpengaruh terhadap elektabilitas Partai Gerindra. Ini pelajaran besar sekaligus tabokan besar bagi Prabowo sebagai bos besarnya Edhy Prabowo bahwa ternyata mulut yang sudah berbusa-busa dengan mengatakan korupsi di Indonesia sudah stadium empat, ternyata justru Edhy Prabowo anak buahnya dan hasil didikan Prabowo sendiri justru menjadi menteri pertama di era Jokowi yang terkena operasi tangkap tangan oleh KPK," kata Arief, Rabu (25/11).
Betul yang dikatakan Arief, Edhy adalah menteri pertama Presiden Jokowi yang tersandung kasus hukum serta kader Gerindra juga. Soal istilah "korupsi stadium empat", memang dulu Prabowo pernah berujar demikian atas keprihatinannya pada kasus korupsi di tanah air.
Terkena kasus dugaan korupsi, Edhy tampaknya lupa dengan tekadnya dulu ketika diangkat jadi menteri. Ia sempat berjanji bakal bekerja sebaik-baiknya karena tidak ingin mempermalukan Presiden Jokowi dan Prabowo.
Lalu mengapa Arief menyebut "anak didik", maksudnya apa? Maksudnya ialah, Edhy mendapat jabatan menteri sekarang ini tidak terlepas dari jasa Prabowo. Seperti diketahui, sewaktu Gerindra diberi jatah menteri oleh Presiden Jokowi, selain dirinya, Prabowo memilih Edhy yang kemudian diposisikan sebagai Menteri KKP.
Apakah cuma itu? Tidak. Hampir separuh perjalanan hidup Edhy selalu bersama Prabowo. Edhy adalah anak angkat Prabowo. Karir Edhy terbentuk karena didikan Prabowo. Sila baca (klik): Mengenal Edhy Prabowo, "Anak Angkat" Prabowo Subianto dan Calon Menteri Jokowi.
Cerita singkatnya begini. Edhy yang lahir di Muara Enim pada 24 Desember 1971, seusai tamat dari SMA Negeri 1 Muara Enim (1991), ia melanjutkan pendidikan di Akademi Militer namun tidak sampai lulus karena dipecat gara-gara kurang disiplin.
Akhirnya Edhy pulang kampung. Dan tidak lama, ia dikenalkan oleh seseorang untuk bertemu Prabowo. Terjadilah pertemuan itu di Jakarta. Ia lalu dibantu Prabowo. Dipekerjakan di perusahaan milik Prabowo di perbatasan Kalimantan, diminta latihan silat, dan disekolahkan sampai lulus S-2 di Swiss-German University.
Bahkan Edhy juga pernah diboyong Prabowo ke Yordania untuk mengurus perusahaan di sana. Pokoknya sebelum kemudian jadi anggota DPR RI periode 2014-2019, Edhy punya banyak jejak karir, yang sebagian besar ditorehkan di perusahaan Prabowo. Dari jabatan direktur sampai komisaris.
Di mata Prabowo, Edhy itu ibarat anak kandung. Pendidikannya difasilitasi, karirnya dibantu, dan jabatan-jabatan publik dipermudah untuk diperoleh. Masih kurang apa? Wajarlah jika nantinya Prabowo merasa terpukul.
Terpukul karena dua kadernya tersangkut kasus korupsi, Edhy tidak bisa menjaga kehormatan orang tua angkatnya, serta citra baik Prabowo dan Gerindra tidak mampu dijaga.