Padahal sebelumnya publik sudah menafsir arah dan makna pernyataan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla di sebuah acara diskusi virtual beberapa hari lalu, yaitu bahwa di negeri ini sedang terjadi kekosongan pemimpin yang mampu menyerap aspirasi masyarakat.
Tiba-tiba, pada Senin malam (23/11), JK meluruskan atau memberi klarifikasi pernyataannya tersebut. Entah diklarifikasi karena sudah mengundang tanya dan polemik, atau betul sesuai apa yang ada di hati dan pikirannya, yang jelas JK sempat meriuhkan publik belakangan ini.
Betapa tidak, banyak pihak bertanya, bagaimana bisa JK seakan "memojokkan" pemerintah gara-gara kedatangan pentolan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dan pembersihan baliho yang memuat gambar Rizieq di berbagai tempat di ibu kota oleh prajurit TNI.
Melansir KOMPAS TV, Selasa (24/11), yaitu pada program Sapa Indonesia Malam stasiun KOMPAS TV (23/11), maksud pernyataan JK disampaikan oleh Hamid Awaludin, orang terdekatnya.
Hamid menjelaskan bahwa maksud JK bicara terjadinya kekosongan kepemimpinan tidak ditujukan kepada pemerintah, melainkan terhadap organisasi massa (ormas) dan partai politik Islam.
Dikatakan Hamid, apa yang disampaikannya di acara KOMPAS TV merupakan hasil diskusinya bersama JK di salah satu ruangan kantor Palang Merah Indonesia (PMI), saat Rizieq tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
JK menilai ada kekosongan kepemimpinan dalam ormas dan parpol, khususnya Islam, yang tidak bisa mewadahi aspirasi para pendukung Rizieq, sehingga akibatnya mereka cenderung intoleran.
"Beliau (JK) bilang, karena itu kita harus bicara pada parpol dan ormas Islam, kenapa ada gerakan massa ini. Jangan-jangan aspirasi mereka tidak tersalurkan pada parpol dan ormas Islam. Jadi sederhana, kita melihat bahwa apa yang terjadi belakangan ini kan cenderung intoleransi. Beliau sangat concern, jangan sampai gerakan ini jadi gerakan radikal," papar Hamid, Senin (23/11).
Pertanyaannya, kembali lagi, apakah betul itu yang dimaksud JK atau jangan-jangan hanya untuk meredam polemik? Sebab, hingga kini publik masih menduga JK punya "maksud buruk" terhadap pemerintah, di mana seolah mendukung Rizieq dan kelompoknya.
Sebenarnya bila dipahami, apa yang disampaikan Hamid bisa dipercaya dan bisa juga tidak. Alasan mengapa layak dipercaya yakni bahwa tidak mungkin JK yang notabene mantan wakil presiden mau "menghajar" pemerintah yang sedang sibuk berjibaku melawan pandemi Covid-19.
Rasanya JK tidak mungkin melakukan hal "sekejam" itu. Ia pernah mendampingi Presiden Joko Widodo, dan sekarang presiden sedang menjabat, apa iya JK ingin "menusuk" mantan rekan kerjanya terang-terangan di muka publik?