Di saat mayoritas masyarakat sedang ketakutan, perusahaan-perusahaan dan perkantoran membatasi operasionalnya, dan para calon kepala daerah Pilkada 2020 memilih kampanye secara virtual gara-gara "ulah" pandemi Covid-19, Gatot Nurmantyo dan kawan-kawan malah sibuk mengadakan pertemuan untuk deklarasi di berbagai wilayah di Indonesia.
Mantan Panglima TNI itu seolah tidak punya rasa simpati dan peduli, ia dan kawan-kawan tetap menggelar acara yang melibatkan banyak orang, padahal pandemi sedang "menjadi-jadi" dan kegiatan berkerumun sangat dilarang. Apakah Gatot "sebebal" itu sehingga terlihat cuek dan terus melakukan aksi-aksinya?
Tidak cukupkah bagi Gatot sindiran, kritikan, dan peringatan yang dilayangkan para seniornya (purnawirawan di militer) supaya berkenan menghentikan kegiatannya untuk sementara waktu? Bukankah mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) TNI Moeldoko dan mantan Danjen Kopassus Jenderal (Purn) TNI Agum Gumelar sudah bersuara?
Mengapa mantan Pangkostrad itu tidak mau mendengar himbauan sebagian pihak, untuk menahan diri "bermanuver" karena pandemi belum berakhir? Mengapa selain deklarasi KAMI dan seusai sosialisasi pemutaran film peristiwa G30S/PKI, ia kemudian punya keputusan baru yakni memberi dukungan atas rencana mogok para buruh pada 6-8 Oktober mendatang?
Adakah "motivasi khusus" Gatot di balik semua ini? Telah menjadi nyatakah pernyataan Hendardi (Ketua Setara Institute) tiga tahun silam (September 2017) bahwa Gatot usai pensiun (dari militer) patut diwaspadai pemerintah, utamanya Presiden Joko Widodo?
"Cara Gatot Nurmantyo memimpin TNI adalah yang terburuk sepanjang era reformasi. Bukan karena melakukan pelanggaran HAM dan kejahatan kemanusiaan secara terbuka, tetapi karena membawa kembali TNI berpolitik, bahkan dengan mengorbankan koeksistensi antar-institusi negara seperti Polri, BIN, dan Kemenhan", ujar Hendardi, Senin (26/9/2017).
Sekali lagi, motivasi besar apa yang disimpan Gatot sehingga dirinya kukuh melanjutkan berbagai aksinya di tengah pandemi? Mungkinkah motivasi tersebut adalah rencana ingin mengganggu stabilitas politik dan pemerintahan? Apakah ia tengah "menguji" kepemimpinan Jokowi atau bahkan lebih dari itu?
Membaca pengakuannya mengenai tujuan aksi-aksinya, tampaknya Gatot memang tidak sedang bersiap diri menghadapi Pilpres 2024, di mana bisa disebut sebagai misi jangka pendek. Waktunya masih panjang, tersisa empat tahun lagi. Kesempatan baginya cukup panjang, jadi tidak mungkin terlalu dini mempersiapkan diri.
Agaknya betul, bukan misi jangka pendek tadi, melainkan "misi terdekat" yang kini diupayakan untuk diraih Gatot. Ia mau "menguji" pemerintah, maka waktu yang tepat adalah di masa pandemi ini. Lewat aksi-aksinya yang dipaksakan di tengah pandemi, ia ingin melihat "kehebatan" fokus pemerintah, apakah bakal "terpecah" atau tidak.
Maksudnya, Gatot berupaya "membelah" perhatian pemerintah yang sedang frustasi menangani pandemi, supaya terbagi dan diarahkan kepadanya. Singkatnya, ia mau pemerintah tidak fokus melaksanakan tugas. Bahkan dengan tetap menghimpun massa di berbagai acara, ia juga bermaksud menambah beban, peningkatan angka penularan Covid-19.
Seandainya berniat baik, Gatot tentu mengindahkan arahan dan menghentikan segala kegiatannya. Terkait dukungan terhadap aksi mogok buruh, Gatot juga sepertinya tidak sabar "melihat" ketidakstabilan ekonomi. Buruh mogok sudah pasti mengganggu perekonomian nasional.