Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyoal (Kembali) Label "Public Figure" bagi Artis yang Tersangkut Bisnis Prostitusi

15 Juli 2020   12:38 Diperbarui: 15 Juli 2020   12:33 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lama ini "tertangkap basah" lagi seorang public figure, berjenis kelamin perempuan, berinisial HH dan berprofesi sebagai bintang sinetron FTV, bersama seorang pengusaha berinisial A di salah satu hotel di kawasan Medan, Sumatera Utara. Keduanya digrebek oleh petugas dalam kondisi tanpa busana.

Dari hasil pemeriksaan dan keterangan pihak berwajib, HH yang bertempat tinggal di Jakarta dan pengusaha yang berlokasi di Medan tersebut positif terlibat kasus prostitusi online. HH yang dikenal dan diakui keluarga berkepribadian baik itu ternyata masuk perangkap muncikari dan "berkenan dijual" seharga Rp 20 juta.

Masih ingatkah kasus serupa sebelumnya yang dialami salah seorang artis "seharga" Rp 80 juta? Jika ingat, tidak perlu bandingkan nominal uang yang diterima, apalagi sampai mempersoalkan mengapa tarifnya berbeda. Yang dulu-dulu bisa lebih mahal, sementara yang sekarang jauh di bawahnya.

Sebab kalau dibanding-bandingkan, barangkali nominal yang terungkap ke publik bukan angka yang sebenarnya. Kemungkinan tidak 'semurah' itu. Atau mungkin pula disebabkan faktor pandemi Covid-19. Seperti diketahui pandemi telah menurunkan jumlah penghasilan seseorang, sehingga berdampak pada daya dan hasil tawar-menawar tarif di kasus ini.

Atau faktanya seperti yang terungkap pada video tribunnews.com ini (sila klik), di mana disebutkan bahwa HH sudah terlibat bisnis prostitusi online selama setahun? 

Sesungguhnya, masalahnya bukan soal siapa pelaku, sudah berapa lama dan nilai nominal tarifnya, akan tetapi mengapa hal yang sama terjadi kembali. Mengapa public figure harus tersangkut kasus itu lagi? Mengapa, jika bukan narkoba, ya prostitusi, yang 'akrab' dialami para artis dan pegiat profesi sejenis?

Menurut penulis, ada 2 (dua) hal yang membuat public figure sulit terhindar dari kasus-kasus tadi. Yaitu kemerosotan moral dan godaan kuat hedonisme. Pengertian poin kedua tidak perlu dijelaskan rinci. Intinya menyangkut keinginan "daging" dan aktivitas hidup yang jauh dari prinsip sederhana.

Semoga dampak buruk pandemi Covid-19 tidak dijadikan alasan oleh HH sehingga terpaksa mau terjerumus ke bisnis prostitusi online, untuk kali ini. Sebab, bukan cuma dia yang terdampak dan kehilangan penghasilan.

Seandainya saja HH komitmen memegang teguh nasihat keluarga untuk menjauhi bisnis haram (supaya penghasilannya halal), tentu media tidak akan memuat pemberitaan yang menghebohkan jagat maya dan nyata untuk kesekian kalinya. Sila klik insertlive.com ini.

Apakah betul HH tersandung kasus prostitusi online gara-gara rindu bekerja dan ingin menstabilkan penghasilan? Sila klik kumparan.com ini. Tampaknya demikian. Sementara bisa dinilai bahwa pandemi Covid-19 yang memutus aliran rejeki halalnya di industri film (sudah sekian bulan tidak syuting).

Pertanyaannya, ke manakah moral public figure disisihkan? Bukankah HH memiliki tanggungjawab besar terhadap para penggemar, yakni menjaga sikap dan perbuatan sehari-harinya, di samping tampil menawan di layar kaca?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun