"Pendapatan kami di era Ibu Susi melimpah ruah, sekarang turun drastis. Kami rindu Ibu Susi, kami rindu gebrakan-gebrakan beliau," ungkap Herman, salah seorang nelayan di Kabupaten Natuna.
Sebagai salah seorang menteri baru di kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo di jilid 2, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo mestinya paham bahwa visi dan misi presiden tidak berubah, yaitu tetap melanjutkan apa yang sudah dimulai di jilid 1 sejak 2014 silam.
Di bidang kemaritiman yang meliputi urusan kelautan dan perikanan misalnya, presiden masih meminta agar program untuk "tidak membelakangi laut" diteruskan. Laut harus dijadikan sebagai halaman, di mana rumah menghadap.
Maksudnya bahwa laut merupakan masa depan dan sumber kehidupan. Oleh karena itu, segala potensi yang ada di laut termasuk ikan dan kekayaan lain di dalamnya dikelola maksimal demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memajukan bangsa.
Mengelola kehidupan di laut bukan cuma soal menangkap dan mengolah ikan-ikan untuk dikonsumsi, dijual atau diekspor, tetapi juga bagaimana menggali lagi nilai ekonomis dari laut. Kalau diuraikan rinci satu per satu pasti cukup banyak. Dan upaya ini dapat berhasil bila masing-masing pihak berkolaborasi.
Umpamanya, ke depan KKP bisa bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) untuk mengeksplor kawasan pantai mana saja yang potensial dipoles sebagai objek wisata bahari, serta bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam menjamin kebersihan pantai dan sekitarnya.
Maka dari itu, di samping membenahi hal-hal yang masih kurang, Edhy berkewajiban pula meneruskan program-program baik yang pernah dimunculkan oleh mantan Menteri KKP Susi Pudjiastuti. Sulit pun memunculkan program baru, minimal yang lama dipertahankan.
Pertanyaannya, semenjak dilantik pada Oktober lalu, adakah program baru yang ditelurkan Edhy berkenaan dengan upaya pemaksimalan sektor kelautan dan perikanan, selain "mengotak-atik" program-program sebelumnya?
Mencuatnya kritikan atau usulan kepada Edhy bukan faktor suka atau tidak suka beliau jadi menteri, yang barangkali dikaitkan dengan anggapan bahwa sebagian masyarakat belum "move on" dari Susi. Sama sekali bukan itu.
Kritikan muncul amat wajar, sebab Edhy memang sudah dua bulan lebih jadi menteri. Masyarakat menunggu, program baru apa yang beliau perjuangkan untuk lima tahun ke depan dan akhirnya membawa manfaat. Adakah?