Sudah menjadi tradisi, tiap 9 Desember, negara-negara di dunia memperingati Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia), tak terkecuali Indonesia. Memperingati bukan berarti bangga karena eksistensi korupsi, akan tetapi sebagai momen untuk membuka kembali kesadaran masing-masing pribadi betapa berbahaya dan memalukan tindakan koruptif.
Di Indonesia sendiri, tahun ini berbagai acara dikemas menarik oleh banyak instansi. Misalnya kemarin di Jawa Tengah ada gerakan penempelan stiker bertulisan "Nek aku korupsi, ora slamet" di mobil dinas pejabat, hari ini (9/12) ada acara menonton film antikorupsi produksi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan juga pihak istana (jajaran menteri) yang menggelar drama.
Tentu di beberapa instansi dan daerah lain terselenggara pula acara serupa meski berbeda kemasan, namun yang menarik dari tiga jenis acara tadi adalah para pelajar turut dilibatkan.
Pelajar SMA/SMK bahkan ada yang ikut jadi pemain peran. Khusus acara istana, memang pemerannya pejabat menteri, tapi tetap saja bernuansa sekolah.
Cuplikan videonya amat lucu, menghibur, dan yang lebih penting yaitu kaya akan pesan. Bila dirangkum, pesannya adalah bahwa korupsi tidak terlepas dari yang namanya kolusi dan nepotisme.
Semuanya saling terkait. Korupsi terjadi karena penyalahgunaan wewenang dan jabatan, yang berujung juga pada pemanfaatan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Sayang memang, selama ini korupsi dikira terpisah dari kolusi dan nepotisme. Makanya lembaga antirasuah cukup bernama KPK. Harusnya Komisi Pemberantasan KKN.
Pesan berikutnya, kampanye antikorupsi harus dibuat kreatif dan menyentuh perasaan sehingga diharapkan dapat mempengaruhi perilaku. Maka dari itu, cara-cara usang yang datar dan sebatas slogan sebaiknya ditinggalkan. Misalnya slogan "Katakan tidak pada(hal) korupsi".
Selanjutnya, tidak hanya soal kemasan, pelibatan generasi muda (anak-anak, pelajar) di kampanye kreatif bisa dibilang sebuah terobosan baru dalam menangkal wabah korupsi sejak dini. Mereka wajib disadarkan bahwa perilaku koruptif itu sesungguhnya terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan kecil.