"Kami dukung semua upaya baik Pak Erick, tetapi jangan hanya di permukaannya saja. Ibarat rumah, jika sudah mulai dibersihkan dari atap atau ruang tamu maka harus juga masuk sampai ke dapur dan toilet, semuanya harus bersih. Itu kami dukung penuh," ucap Jacqueline Tuwanakotta, Sekretaris Jenderal Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI).
Bersama pengurus lain IKAGI, perempuan yang telah berkarir sebagai pramugari selama 23 tahun itu berharap pembenahan di PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak berhenti pada perombakan jajaran pimpinan pucuk (komisaris dan direksi), melainkan sampai ke persoalan internal, hal terkecil sekalipun.
Pernyataan Jacqueline tersebut disampaikan kepada awak media saat konferensi pers pada Jumat (6/12), menanggapi keputusan Menteri BUMN Erick Thohir yang memecat Ari Askhara dari jabatan Direktur Utama Garuda, gara-gara skandal penyelundupan satu unit sepeda motor Harley Davidson dan dua unit sepeda Brompton bulan lalu.
Intinya, IKAGI merasa bersyukur dan mengapresiasi langkah yang diambil Erick Thohir, karena bagi mereka kasus Ari Askhara cuma puncak gunung es, baru sebagian saja dari banyak persoalan yang tengah menerpa Garuda. Hal yang paling mereka keluhkan adalah gaya dan kebijakan Ari Askhara yang dinilai semena-mena atau otoriter.
IKAGI berharap jajarannya bisa bertemu Erick Thohir dan mau mendengar apa yang mereka keluhkan. Dan betul terwujud, rombongan IKAGI yang dikomandoi oleh Zaenal Muttaqin selaku Ketua Umum sukses bertemu dan berbincang dengan Erick Thohir di Kantor Kementerian BUMN, hari ini, Senin (9/12).
Lalu apa saja yang diutarakan IKAGI ke Erick Thohir? Persis apa yang kian dibuka ke media bahwa soal manajemen kepemimpinan, pengaturan beban kerja, dan perlakuan diskriminatif serta tidak adil terhadap karyawan Garuda sepanjang Ari Askhara memimpin.
Antara lain, pengangkatan dan penempatan personil yang menggunakan prinsip "like" dan "dislike", jika tidak menuruti kata pimpinan maka berpotensi di "Papua-kan" (dipindahkan ke daerah terpencil); pemberian jam kerja yang melebihi batas wajar (perjalanan sampai 19 jam per hari); 'menghina' pramugari yang berbadan gemuk dan sudah tua; pemberian tanggungjawab kepada seseorang yang tidak sesuai kemampuannya; dan seterusnya.
Jika yang disampaikan IKAGI benar adanya, tidak dibuat-buat, maka artinya Erick Thohir sebagai "ayah" bakal pusing karena bertambah beban. Ternyata masalah di Garuda bukan cuma kasus pemolesan laporan keuangan perusahaan pada 2018 serta skandal penyelundupan kendaraan, tetapi juga soal manajemen kekaryawanan di internal Garuda yang tidak beres.
Untuk membereskan persoalan internal unit terkecil di Garuda, barangkali Erick Thohir tidak elok kalau masuk terlalu dalam. Erick Thohir cukup merombak struktur organisasi kepemimpinan pucuk saja. Supaya orang-orang diberi kepercayaan mengendalikan Garuda (direksi) yang membereskannya. Erick Thohir adalah menteri, bukan bagian direksi.