Lalu terkait relasi dengan pengusaha, Edhy berjanji akan menjalin kerjasama serta menampung semua aspirasi yang selama ini belum diakomodir secara baik di KKP.
Jika dicermati beberapa pernyataan Edhy di atas, rasanya KKP kurang percaya diri (PD) mengungkap misi dan terobosan programnya ke depan kalau tidak "menyentil" Susi dan kebijakan warisannya.
Sekali lagi, wajar Edhy melakukan itu karena sedang berhadapan dengan kelompok pengusaha. Jadi Edhy mau meyakinkan pengusaha bahwa dirinya pantas menjabat sebagai menteri, punya terobosan baru yang mencerahkan, dan memastikan kebijakannya bakal lebih baik.
Hal penting yang patut diperjuangkan Edhy adalah bagaimana supaya apa yang dijanjikannya terbukti. Jangan sampai akhirnya terjebak juga pada jargon semata, sebagaimana dikeluhkannya di zaman Susi.
Lebih lanjut, Edhy harus memberi batasan waktu, sampai kapan dia mau "menebar pesona", yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Dan bukan cuma soal waktu, batasan-batasan pada apa yang akan disampaikan ke publik pun mesti ada.
Umpamanya, berbicara soal terobosan tanpa harus menyalahkan (menyudutkan) pendahulunya. Masyarakat Indonesia butuh bukti kinerja dari Edhy, tidak sekadar wacana. Kalau terbukti berkinerja baik, bukan tidak mungkin nama Edhy bakal terpatri juga di hati masyarakat.
Edhy wajib berhenti menyinggung Susi. Biarlah Susi tenang dan nyaman dengan aktivitas terbarunya saat ini. Edhy mesti tahu, jika terus-menerus membahas Susi dan Susi lagi, para pendukung fanatik Susi (yang sampai sekarang belum move on) pasti tidak akan simpatik dengan Edhy.
Apakah Edhy mau larut dalam aksi tebar pesona? Sebaiknya jangan. Sudah waktunya langsung kerja, seperti arahan Presiden Joko Widodo. Nanti citra baik akan terbentuk dengan sendirinya, seiring terbuktinya hasil kerja satu per satu.
Maka, selamat bekerja buat Pak Edhy. Semoga Presiden Jokowi dan seluruh masyarakat Indonesia kelak puas merasakan kinerja KKP.
***