Masa jabatan MPR periode 2014-2019 segera berakhir, tepat sebelum pelantikan anggota baru pada 1 Oktober mendatang. Sidang paripurna telah dilaksanakan kemarin, Jumat, 27 September 2019 di Ruang Rapat Paripurna I, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta.
Agenda sidang paripurna antara lain pembacaan tata-tertib baru pimpinan MPR, rekomendasi MPR untuk periode selanjutnya, serta kinerja masa jabatan MPR periode 2014-2019. Semua hal itu dibacakan oleh Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR.
Selain membacakan ketiga hal tadi, Zulkifli turut melayangkan ungkapan duka cita atas meninggalnya dua mahasiswa akibat aksi unjuk rasa yang berakhir rusuh beberapa hari terakhir.
Tidak hanya itu, Zulkifli juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah mendukung kinerja MPR periode 2014-2019.
"Lima tahun berturut-turut beliau hadir, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih. Tepuk tangan untuk Pak Jokowi," ucap Zulkifli.
Tentu publik mesti ikut berterima kasih kepada para anggota MPR yang mengakhiri masa tugasnya. Semoga kinerja baik mereka selama ini tetap dipertahankan dan bahkan ditingkatkan oleh anggota MPR baru.
Meski sidang paripurna MPR tampaknya berjalan lancar, ternyata ada sebuah insiden yang dikeluhkan oleh fraksi Gerindra, khususnya anggota MPR Rahayu Saraswati Djojohadikusumo.
Keponakan dari Ketua Umum Gerindra (Prabowo Subianto) tersebut meluapkan kekecewaannya ke publik karena merasa didiskriminasi oleh pimpinan MPR pada saat sidang paripurna.
Anggota MPR yang akrab dipanggil Sara itu mengatakan bahwa dirinya yang sedianya diminta untuk membacakan doa penutup sidang paripurna tiba-tiba dibatalkan sepihak oleh pimpinan MPR.
Padahal menurut keterangan Sara, sehari sebelumnya dirinya diminta mempersiapkan doa yang akan dibacakan. Dia mengaku sangat bangga karena akan menjadi bagian dari sejarah. Maka kemudian dia langsung menyusun naskah doa hingga pukul 02.00 WIB (dini hari).
"Pagi hari setiba saya di ruang rapat, saya didatangi oleh ketua dan sekretaris fraksi yang memberikan kabar kalau Ketua MPR yang terhormat melayangkan keberatan. Saya ajukan jika beliau keberatan karena saya perempuan, silakan anggota legislatif laki-laki Kristiani yang lain yang bacakan doa yang sudah saya tuliskan. Namun dengan demikian pun, akhir kabar, doa dihapus dari rundown acara. Doa yang menjadi bagian resmi dari sidang MPR RI," ungkap Sara.