Tadi pagi salah seorang teman semasa kuliah dulu yang saat ini tinggal di Merauke tiba-tiba membagikan sebuah kabar di grup WhatsApp alumni bahwa ada kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
"Teman2 semua mohon doa untuk Papua khususnya Wamena rusuh lg," tulis Edmunda di grup WhatsApp alumni.
Saya dan beberapa teman lain sempat memintanya untuk memastikan apakah informasi yang dibagikannya fakta atau hoaks, tetapi dia pastikan benar kejadiannya demikian.
"Tdk Teresia (salah seorang teman alumni), kknya suster ada di wamena. Skrg mereka lg bakar kantor bupati," tulisnya lagi.
Tidak hanya informasi dalam bentuk tulisan, teman saya itu juga membagikan sekian gambar terkait situasi rusuh di Wamena. Dia pun meminta kami semua berdoa agar suasana di sana segera kondusif.
Sama dengan yang dirilis oleh beberapa media, teman saya yang berprofesi sebagai guru tersebut mengungkapkan penyebab dari timbulnya kerusuhan di Wamena, yaitu berawal dari dugaan ucapan bernada rasial seorang guru terhadap siswa di sekolah.
Tidak menerima ucapan rasial, sebagian besar siswa marah dan menyebarluaskan kabar itu ke masyarakat sehingga terjadilah unjuk rasa di Kota Wamena.
Namun menurut keterangan Humas Polda Papua, ucapan bernada rasial itu sesungguhnya adalah hoaks yang terlanjur tersebar di masyarakat, karena sudah dilakukan pemeriksaan.
"Pada tanggal 18 September 2019 lalu di Wamena ada isu seorang guru mengeluarkan kata rasis. Setelah dilakukan pengecekan, isu itu tidak benar. Akibat provokasi tersebut, para pelajar maupun masyarakat melakukan unjuk rasa dan terjadi pembakaran beberapa kantor pemerintah, seperti kantor Bappeda, ruko-ruko milik masyarakat dan beberapa motor juga dibakar," kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Mustofa Kamal.Â
Aksi unjuk rasa terjadi sekitar pukul 09.15 WIT. Massa unjuk rasa sampai bertindak anarkis dengan membakar rumah warga, kios, kantor PLN dan kantor pemerintah yaitu Kantor Bupati Jayawijaya.