Belakangan kita sibuk membahas polemik video ceramah Ustaz Abdul Somad, kasus mahasiswa Papua di Surabaya, penggunaan pin emas oleh wakil rakyat, pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan, dan seterusnya, tapi kita lupa bahwa ada perhelatan besar nasional yang juga butuh perhatian kita tahun ini.
Perhelatan tersebut yakni Sail Nias 2019, yang akan diselenggarakan bulan depan, tepatnya pada awal hingga pertengahan September 2019.Â
Sail Nias 2019 yang berlokasi di Kepulauan Nias, Sumatera Utara merupakan kegiatan Sail Indonesia yang ke-11, di mana sebelumnya pernah diadakan di beberapa tempat di tanah air.
Kegiatan Sail Indonesia pertama diadakan pada 2009 lalu dengan nama Sail Bunaken 2009, di Manado, Sulawesi Utara. Selanjutnya kegiatan serupa berlangsung berturut-turut dari tahun ke tahun, yaitu Sail Banda 2010, Sail Wakatobi-Belitong 2011, Sail Morotai 2012, Sail Komodo 2013, Sail Raja Ampat 2014, Sail Tomini 2015, Sail Selat Karimata 2016, Sail Sabang 2017, Sail Bawean 2018. Dan pada tahun ini bernama Sail Nias 2019.
Sail Indonesia adalah kegiatan tahunan yang disemarakkan oleh para pencinta kapal layar (yacth), baik dari dalam maupun luar negeri. Tujuannya sebagai sarana untuk mempromosikan dan mengembangkan sektor pariwisata, terutama wisata bahari.
Kita tahu bahwa Indonesia negara maritim, yang dua per tiga wilayahnya terdiri dari perairan dan lautan. Oleh sebab itu potensinya wajib diperhatikan sungguh-sungguh agar membawa manfaat besar bagi negara.
Mengapa Sail Indonesia yang ke-11 diselenggarakan di Kepulauan Nias? Adakah yang belum tahu di mana itu Kepulauan Nias? Kepulauan Nias terletak di wilayah paling Barat Indonesia, berada persis di Samudera Hindia. Artinya termasuk wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Sebagai daerah kepulauan, potensi ekonomi utamanya sektor pariwisata cukup besar di Kepulauan Nias. Mulai dari wisata bahari, wisata budaya, hingga wisata sejarah (megalitikum).
"Nias memang layak untuk dikembangkan karena memiliki potensi kelas dunia yang tidak perlu diragukan lagi. Pulau ini telah dinobatkan sebagai salah satu lokasi penjelajahan terbaik dunia, dan juga memiliki daya tarik wisata sejarah (megalitikum) yang hingga kini masih terawat dengan baik," ujar Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
Ada yang masih ingat tradisi "Hombo Batu" (Lompat Batu) yang gambarnya sempat disematkan di lembaran uang nominal Rp 1.000? Ada pulakah yang tahu ombak terbaik ke-2 di dunia terdapat di mana? Keduanya dimiliki Kepulauan Nias. Berdasarkan informasi, pantai dengan ombak terbaik pertama disabet oleh Pantai Hawaii.
Tradisi "Hombo Batu" satu-satunya di dunia, tidak ditemukan di wilayah mana pun di bumi ini, yang sampai sekarang masih terpelihara. Kemudian keindahan pantai dan dahsyatnya ombak di Kepulauan Nias tidak perlu diragukan. Jika pemerintah sungguh-sungguh memberi perhatian, bukan tidak mungkin daerah itu bisa 'mengalahkan' pesona Pulau Dewata, Bali.