Hari ini, Sabtu, 17 Agustus 2019, bangsa kita kembali merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan untuk ke-74 kalinya, sejak 1945 silam. Ya, kemerdekaan yang telah diraih berkat perjuangan para pendahulu yang bersatu padu mengakhiri penjajahan kolonial Belanda selama 350 tahun dan pendudukan Jepang selama 3 setengah tahun.
Puluhan tahun lalu para pendahulu mengusir penjajah dengan mengeluarkan peluh dan darah, dan tak sedikit pula yang mengorbankan nyawa. Mereka tidak hanya merelakan materi dan jiwa, tetapi termasuk mengorbankan ego pribadi, kepentingan kelompok, suku, ras, agama dan sebagainya demi kebaikan generasi penerus mereka, yaitu kita saat ini.
Itulah sebabnya mengapa ketika merayakan hari kemerdekaan, utamanya hari ini, kita tidak boleh lupa dengan pengorbanan para pahlawan. Merayakan kemerdekaan berarti mengenang pula kebaikan dan jasa para pahlawan.
Yang menjadi tugas kita saat ini adalah bagaimana agar kemerdekaan yang telah kita miliki mampu kita isi dengan hal-hal positif, membangun bangsa dan negara sebaik mungkin. Belajar dan berkarya untuk kepentingan pribadi kita, masyarakat umum, dan keharuman nama negara.
Pertanyaannya, apakah kita sudah sungguh-sungguh mengisi kemerdekaan itu? Tentu yang memberi jawaban adalah kita masing-masing, pribadi per pribadi. Kita bisa melakukan apa pun, selama itu baik, sehingga anugerah kemerdekaan tidak sia-sia.
Selain belajar mengembangkan diri dan berkarya mengabdi bangsa, kita juga wajib terus mempertahankan persatuan dan kesatuan supaya kita tidak terpecah-belah lagi, seperti yang pernah kita alami dahulu kala.
Jangan sampai menganggap bahwa tidak mungkin ada lagi yang namanya perpecahan, hal itu sangat mungkin terjadi jika kita tidak mawas diri, terlalu asik dengan kesibukan diri sendiri, serta lupa mengingat kisah pahit bangsa sebelumnya. Kisah pahit apa, ya bahwa untuk meraih kemerdekaan sesungguhnya tidak mudah, butuh pengorbanan.
Kalau dulu musuh kita adalah bangsa asing, sekarang yakni diri kita sendiri. Musuh kita sekarang ini adalah egoisme, individualisme, dan kecenderungan memaksakan kehendak.
Belum lagi bila kita mencoba merenungkan kembali apa yang dikatakan oleh Bapak Proklamator, Soekarno berikut: "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri". Maksudnya apa?
Ternyata musuh kita zaman sekarang bukan cuma diri sendiri, melainkan segelintir saudara-saudari kita yang terkadang lupa memaknai kemerdekaan, enggan menerima perbedaan, dan mau menang sendiri. Atau jangan-jangan kita salah satu di antaranya.Â
Kita barangkali masih mempersoalkan mengapa dulu kita harus bersatu, mengapa bukan golongan kita saja yang diberi keistimewaan karena merasa paling berjasa, atau berniat merongrong keutuhan bangsa.