Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kali berikutnya menegaskan hal yang sama ke publik bahwa tidak bermimpi masuk kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin di periode 2019-2024. Penegasan itu disampaikan kembali oleh Sekretaris Jenderal PSI, Raja Juli Antoni, pada Sabtu, 3 Agustus 2019.Â
Antoni berujar PSI tidak mungkin mendapat jatah menteri karena tak satu pun kader yang berhasil melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR RI. PSI juga dinilai masih seumur jagung dan belum punya banyak pengalaman.
Seperti diketahui perolehan suara PSI di Pemilu 2019 hanya sekitar 2.650.361 juta atau 1,89 persen, yang artinya tidak memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4 persen.
"Saya ingin katakan, PSI partai baru, kami sadar ukuran kami. Jadi kami tidak sampai ke parlemen. Kami tidak bermimpi untuk menawarkan diri dan menjadi bagian dari kabinet," ujar Antoni.
Pernyataan serupa yang pernah disampaikan Antoni sebelumnya dapat di baca di sini.
Pertanyaannya, benarkah PSI tidak berkeinginan alias bermimpi masuk kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin? Bukankah PSI adalah salah satu partai pendukung 'radikal' Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019?
Apakah artinya PSI sudah kehilangan semangat dan optimismenya? Bagaimana dengan kisah penyodoran 44 nama calon menteri di acara silaturahmi bersama Presiden Jokowi pada Kamis, 18 Juli 2019 lalu?
"Kami perkenalkan siapa saja kader-kader muda di PSI, kan ada 44 orang, Beliau mengajak ngobrol tadi. Ada Giring, Guntur Romli, Tsamara. Dari kami (PSI) mendukung beliau, kami sudah siap untuk bertempur " kata Grace Natalie, Ketua Umum PSI di Istana Kepresidenan Jakarta (18/7/2019).
Sila baca: PSI Ajukan 44 Nama ke Jokowi, Luar Biasa!
Mengapa Antoni seolah mementahkan hasil silaturahmi tersebut? Bukankah Antoni hadir juga di sana pada waktu itu?