Mengejutkan, ternyata 82 persen dari 550 sungai di Indonesia sudah rusak, dan 52 di antaranya yang tergolong strategis tercemar. Data ini berdasarkan catatan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia. Terkait di daerah mana saja sungai-sungai tersebut berada, tidak disebutkan.
Tidak hanya data sungai yang memprihatinkan, Direktur Partnership WWF Indonesia, Ade Swargo Mulyo menyampaikan bahwa pada 2019, sekitar 700 juta orang di 43 negara di dunia masih menderita kelangkaan air.
Air merupakan salah satu elemen kebutuhan dasar manusia untuk hidup, di mana kebanyakan berada di sungai yang saat ini dinyatakan rusak serta tercemar. Sayang sekali, pihak WWF Indonesia tidak turut memaparkan kondisi danau yang juga menampung sejumlah air. Dan kalau pun dipaparkan, mungkin kondisinya tidak akan berbeda jauh dengan sungai.
Saya teringat kisah menarik di kampung halaman. Pada masa kecil, sebagian besar kesempatan, saya habiskan untuk beraktivitas di sungai. Di sana saya berenang dan memancing ikan bersama teman-teman. Sungai-sungai di kampung saya pada waktu itu tergolong bersih dan jernih, saya kurang tahu kondisinya sekarang ini. Mudah-mudahan masih sama seperti dulu.
Apakah di antara para pembaca di daerah punya sungai-sungai bersih yang masih terawat? Kalau ada, jangan-jangan termasuk di antara kelompok ratusan sungai yang dinyatakan rusak dan tercemar? Semoga tidak ya. Sungai adalah urat nadi kehidupan kita, wajib dijaga dengan baik.
Lalu apa sebenarnya faktor penyebab sungai-sungai menjadi rusak dan tercemar? Bagaimana cara kita mencegahnya?
Sungai rusak bisa terjadi karena faktor alam. Bisa disebabkan karena dorongan air yang melimpah dari curah hujan yang tinggi sehingga membuat sungai menyempit dan dangkal. Intinya kerusakan sungai karena faktor alam merupakan sesuatu hal yang sulit dihindari.
Upaya yang dapat kita lakukan adalah misalnya menanam sebanyak mungkin pepohonan di sekitar tepian aliran sungai, sehingga ketika terjadi curah hujan yang cukup tinggi, minimal dorongan dan luapan air tidak sampai merusak sungai secara berlebihan.
Sedangkan pencemaran sungai terjadi adalah sebagian besarnya disumbang oleh kecerobohan manusia. Misalnya, menebang pohon di pinggir sungai, membuang sampah dan limbah yang berasal dari rumah tangga atau pun pabrik, membangun pemukiman yang terlalu dekat dengan sungai, menangkap ikan di sungai dengan menggunakan racun, dan sebagainya.
Kemudian, bukankah sungai juga bisa dijadikan sebagai objek wisata menarik? Sungai-sungai yang tertata rapi dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai akan sangat berguna sebagai tempat berekreasi, melepas penat, serta lokasi pemancingan ikan.
Lihatlah apa yang sekarang dilakukan oleh negara-negara maju. Sungai-sungai dimanfaatkan maksimal, termasuk untuk menyokong pertumbuhan ekonomi.
Tentu tidak. Kita harus konsisten membersihkan dan merawatnya. Ya memang tidak akan bisa kita kembalikan ke kondisi alaminya seperti semula, tetapi setidaknya kita bisa mencegah agar tidak menjadi bencana.
Maukah kita mempertahankan "keperawanan" sungai-sungai yang belum rusak? Maukah kita menghentikan kebiasaan membuang sampah dan limbah ke sungai?
Semoga saja. Sekali lagi, sungai adalah urat nadi kehidupan kita. Sungai bukan hanya milik kita saat ini, tetapi juga kepunyaan generasi kita ke depan.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H