Pembangunan infrastruktur di Indonesia diakui mengalami kemajuan di zaman kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Siapa pun mengakui hal ini. Mulai dari pembangunan jalan tol, jalan nasional, jalan desa, dan sebagainya. Fokus perhatian pemerintah pada pembangunan infrastruktur berbuah nyata dengan bertambahnya jumlah dan panjang jalan ratusan ribu kilometer di negeri ini.
Lalu apakah semua objek pembangunan sudah tersentuh seratus persen?
Belum. Menyasar banyak wilayah tidak cukup dalam lima tahun. Pembangunan infrastruktur harus dilakukan komprehensif dan berkesinambungan. Indonesia dengan wilayah yang cukup luas tetap butuh perhatian untuk dibangun dan dihidupkan. Bersama pemerintah, semua pihak wajib bahu-membahu agar persoalan rantai isolasi wilayah segera diputus.
Belum maksimalnya pemanfaatan infrastruktur jalan yang sudah dibangun tidak boleh menjadi alasan untuk menghentikan pembangunan berikutnya. Ocehan beberapa pihak yang mengatakan bahwa aspal dan semen tidak mengenyangkan perut masyarakat sebaiknya tidak dihiraukan. Kadang memang yang menyampaikan ocehan adalah mereka yang tidak merasakan pahitnya hidup di wilayah yang terisolasi, atau mungkin yang merasa tidak senang dengan berjalannya pembangunan.
Menyambung tulisan saya sebelumnya tentang kondisi jalan parah di wilayah Sanggau, Kalimantan Barat, yang mudah-mudahan ada tanggapan dari pihak berkepentingan, apakah itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, kali ini saya kembali tergelitik untuk menuliskan hal serupa dari provinsi yang sama. Keperihatinannya lagi-lagi sama, kondisi jalan yang masih belum maksimal diperhatikan.
Saya baru saja melihat sebuah postingan di facebook oleh salah seorang netizen yang tinggal di daerah Badau, Kalimantan Barat. Beliau menuliskan pengalaman perjalanannya menyusuri lintasan Badau-Pontianak. Di postingannnya, beliau juga ikut membagikan beberapa foto dan video kondisi nyata jalan yang menurut saya agak mirip dengan yang ada di Sanggau.
Berikut kutipan tulisan di postingan facebook tersebut:
"Perjalanan menyenangkan dan panjang selama 20 jam dg bus Pontianak Badau. Bus Putra Kembar #iban #Borneo. Semoga presiden dan pemerintah punya perhatian akan jalan ini."
Tentu kondisi serupa pasti masih ditemukan pula di wilayah lain di Indonesia. Saya tidak bisa mengecek satu per satu keluhan masyarakat terkait kondisi jalan di daerahnya masing-masing. Apakah belum dikeluhkan langsung ke pihak terkait, masih disimpan di dalam angan-angan, atau bahkan mungkin sudah tetapi lewat media terbatas.
Namun melalui tulisan ini, saya hanya ingin ikut membantu menyuarakan, dan mudah-mudahan para pembaca mau melakukan hal yang sama.