Mohon tunggu...
Tugu PalPutih
Tugu PalPutih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kelompok 1 Mahasiswa Inbound UAD

Kelompok 1 Mahasiswa Inbound UAD, yang bernama Tugu Pal Putih

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Refleksi: Bedah Film "Unboxing"

13 Juni 2024   11:33 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:34 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dokpri
dokpri

Sabtu, 25 Mei 2024. Pada Kegiatan modul nusantara kali ini, kami bergabung dengan kelompok 3 modul nusantara "Kelompok Sayidan". Kami berkumpul pada pukul 12.30 di Auditorium Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan untuk menghadiri kegiatan Refleksi 02 : "Bedah Film Unboxing" dengan narasumber Bapak Farid Gaban "Tim Ekspedisi Indonesia Baru", Benaya Harobu, S.I.Kom "Tim Ekspedisi Indonesia Baru", Dr.Rahmat Muhajir Nugroho,S.H.,M.H "Dosen Fakultas Hukum UAD", dan Ibu Deslaely Putranti,S.H.,M.H sebagai Moderator. Acara dimulai dengan pembukaan dan juga pembacaan Al-Qur'an. Lalu dilanjutkan dengan sesi pemaparan atau presentasi oleh para narasumber mengenai film "Unboxing".

Kami di beri tau tentang asal mula pembuatan film tersebut, film "Unboxing" dibuat dengan tujuan mengupas dan memberi tau masyarakat luar tentang beragam permasalahan di Indonesia yang selama ini tidak tertangkap oleh mata kamera. Di dalam film ini dibahas beberapa permasalahan di beberapa sektor, dimulai dari kelautan, tanah, serta udara. Dijelaskan pula mengenai latar belakang pembuatan film, termasuk tentang siapa yang mendanai kegiatan mereka selama 420 hari menelusuri Indonesia. Selama pemutaran film diperlihatkan tentang beragam daerah yang memiliki beragam permasalaahan pula, dan kebanyakan masyarakat yang terlibat dalam permasalahan atau konflik tersebut adalah masyarakat kecil yang tinggal di plosok pulau. Film ini membantu menyuarakan suara para rakyat kecil yang selama ini tidak kita ketahui bagaimana keadaan mereka karena kita tidak mempunyai akses untuk itu. Dan film ini hadir dengan tujuan tersebut. 

Film ini juga menggambarkan buruknya sistem pemerintahan di negara Indonesia, dan juga permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang tinggal di perkotaan, dimulai dari biaya pendidikan yang mahal dan juga biaya kebutuhan hidup lainnya yang semakin meningkat selama beberapa tahun belakangan. Namun lapangan pekerjaan yang semakin menyempit ditambah juga peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai peraturan tenaga kerja membuat hal ini menjadi kekhawatiran anak muda generasi kedepannya. Bung Farid Gaban, selaku perwakilan dari Gen Z memberikan pandangannya mengenai kekhawatiran tersebut, dan setelah di telti lagi ternyata hal tersebut timbul karena beberapa faktor, yaitu : menipisnya lapangan pekerjaan, persaingan dengan pekerja asing yang masuk ke Indonesia, kemajuan teknologi yang menyebabkan pekerjaan manusia digantikan oleh teknologi.

Dan pada sesi terakhir, sesi diskusi. Beberapa dari kami diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan juga mengungkapkan kesan yang didaptakan dari pemaparan film tadi. 

Salah satu mahasiswa yang berkesempatan memberikan tanggapannya adalah Muhammad Farhan yang berasal dari Universitas Negeri Padang, "Terimakasih kepada Mas Farid Gaban dan rekan-rekan Expedisi Indonesia Baru yang sudah membuka cakrawala baru saya tentang Indonesia Maju di 100 tahun kemerdekaannya masih abstrak, utopia. Menurut saya harusnya konsep dari Indonesia Maju juga mencakup tentang pemanfaatan lingkungan sebaik-baiknya dan memelihara ekologis dengan baik serta tatanan kekayaan Indonesia sepenuhnya ada ditangan rakyat terutama petani dan nelayan yang sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Namun, gembar-gembor yang dilakukan pemerintah saat ini menurut saya belum sesuai dengan apa yang terlihat. Beserta oleh karena itu, dengan posisi saya saat ini hanya bisa berharap semoga para pemimpin kita bisa lebih terbuka pikirannya tentang pemanfaatan lingkungan keberlanjutan."

Lalu mahasiswi yang juga berkesempatan menyampaikan pendapatnya adalah Nur Izzaty Firdaus yang berasal dari Universitas Simalungun "Kalau ditanya apa kesan dan pesan dari saya mungkin lebih ke catatan penting yang saya tulis pak, rasanya banyak realita yang tidak sesuai dengan kenyataan dan banyak hal yg kita sadari bahwa cita-cita yang kita imingkan pada akhirnya itu semua hanya omong kosongnya belaka. Dimana lagi hati nurani yang kita bicarakan menuntut kita untuk demokratis tapi mereka melanggar demokrasi itu sendiri. Sebenarnya kita tidak kekurangan orang pintar tapi kita kekurangan orang yang punya hati dan iman."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun