Di era teknologi dan pengembangan ilmu pengetahuan saat ini, berlahan namun pasti akan terus menghasilkan penemuan-penemuan hebat bahkan hal-hal yang tidak terbayangkan oleh kebanyaan orang. Perkembangan teknologi menjadi langkah percepatan pengembangan ilmu pengetahuan. Termasuk dalam kasus racun atau venom binatang yang menimbulkan kematian pada hewan lawannya ataupun manusia. Yang dulu racun kelak akan jadi obat, yang dulu membunuh kelak akan menyembuhkan. Jadi, semakin benarlah quote "Don't judge a book by it's cover". Jangan lihat racun hanya sebagai zat pembunuh, tapi lihatlah komponen-komponen senyawa yang menyusunnya yang kemungkinan dapat dimanfaatkan menjadi obat-obat penyakit mematikan.Â
         Menurut Hardy dalam jurnalnya (Hardy et al, 2014) terdapat 3 alasan pengembangan racun atau venom sebagai sumber obat baru. Pertama, berkembangnya  proteomics dan genomics yang memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi semua komponen dalam racun, sekalipun komponen paling sedikitpun. Kedua, munculnya tes highthroughput dan desain obat berbasis sasaran telah menyebabkan ledakan minat dalam penelitian racun, yang dapat bertindak sebagai penyelidikan farmakologis yang sangat spesifik untuk target molekuler tertentu. Ketiga, sebagian besar racun vertebrata dan invertebrata menyerang saluran ion, yang sangat penting untuk fungsi sistem saraf dan bagian ini merupakan bagian menarik untuk perusahaan-perusahaan Farmasi.
         Anjing memiliki korelasi dekat dengan manusia, sehingga direkomendasikan untuk digunakan sebagai hewaan coba, terutama untuk penyakit kardiovaskular. Jadi, pemahaman tentang efek klinis dan tanda-tanda keracunan pada hewan dapat mengarahkan Farmasi untuk melihat potensi terapi pada manusia.
         Ular Australia terkenal sebagai ular dengan racun a-neurotoksin paling ampuh. Awalan  "α-" menunjukkan racun dengan aktivitas postsinaptik. α-neurotoksin adalah peptida neurotoksik antara 60 dan 75 residu pada lengannya, yang dihubungkan 4-5 jembatan disulfida. Struktur senyawa  racun yang panjang dan pendek memiliki struktur 3D yang sama, tetapi kinetika disosiasi yang berbeda dengan reseptor. Mereka bertindak sebagai kompetitif dan ireversibel antagonis dari reseptor nicotinic acetylcholine postsynaptic.
         Berbagai obat-obatan baru untuk  manusia telah ditemukan dari racun ular, Beberapa telah diuji klinis. Racun ular telah terbukti menjadi sumber kaya untuk obat kardiovaskuler. Meskipun racun ular Australia berpotensi, perusahaan Farmasi Belum menentukan; sampai saat ini, tidak ada obat-obatan manusia telah diisolasi dari racun ular Australia.
         Cenderitide, racun dari mamba hijau Timur (Dendroaspis angusticeps, Squamata: Elapidae), diindikasi dalam pengobatan gagal jantung kongestif. Modifikasi kimia dari rantai pendek α-cobrotoxin, sebuah racun kobra (terisolasi dari Naja spp.), diindikasikan dalam pengobatan HIV,  dan modifikasi kimia dari rantai panjang α- cobrotoxin diindikasikan dalam pengobatan multiple sclerosis dan pendarahan perioperatif. Berdasarkan contoh-contoh obat Farmasi untuk manusia, ada bukti yang menunjukkan penemuan terapi dapat dikembangkan untuk digunakan hewan juga. .Racun ular telah dikenal cukup baik, terutama karena pentingnya mereka dalam dalam obat-obatan manusia. Racun ular diproduksi di kelenjar khusus venom dan ular venomfroman individu atau dalam spesies dapat bervariasi, hal ini membuat dunia pengobatan lebih semakin tertantang. Racun ular yang menarik khusus untuk penyakit jantung dan peptida natriuretik sebagai, agen yang memodulasi volume cairan tubuh.
Referensi:
- Hardy et al.2014. Review Article: Venomous and Poisonous Australian Animals of Veterinary Importance: A Rich Source of Novel Therapeutics. Institute for Molecular Bioscience, The University of Queensland, St Lucia, QLD 4072, Australia. School of Veterinary Science, The University of Queensland, Gatton, QLD 4343, Australia. Received 28 February 2014; Revised 23 May 2014; Accepted 3 June 2014; Published 21 July 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H