Rasionalisme memiliki dua macam: dalam bidang agama, biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama, atau lawan dari autoritas. Dalam bidang filsafat, hal utama menggunakan matode rasionalisme ialah sebagai teori pengetahuan, atau lawan dari empirisme. Pembahasan kali ini ialah rasionalisme dalam dibidang filsafat.
Definisi rasionalisme secara sederhana adalah pengetahuan yang bisa dipercaya, yakni pengetahuan yang bersumber pada rasio atau akal. Menurut Descartes pengetahuan yang bisa dipercaya atau yang layak dijadikan sandaran adalah pengetahuan rasional yang berdasarkan akal. Definisi lain, dalam bukunya Ahmad Tafsir yakni Filsafat Umum, rasionalisme adalah paham filsafat yang mengemukakan bahwa alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan adalah renson (akal). Alat dalam berfikir ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.
Dalam KBBI pengertian dari apriori adalah berpraanggapan sebelum mengetahui (melihat, menyelidiki, dan sebagainya) keadaan yang sebenarnya. Tetapi dalam pengertian filsafat, pengetahuan apriori merupakan bagian penting dari sumber pengetahuan dalam filsafat rasionalisme. Istilah ini berasal dari bahasa Latin yakni prir, yang berarti sebelum pengalaman. Pengetahuan apriori merujuk pada pengetahuan yang dapat diperoleh tanpa perlu pengalaman indrawi atau bukti empiris. Pengetahuan apriori adalah konsep dalam filosofi dan epistemologi yang merujuk pada pengetahuan yang diperoleh tanpa bergantung pada pengalaman atau pengamatan indra maupun batin. Descertes dan Leibniz berpendapat bahwa yang selalu menentukan pengetahuan kita adalah ide-ide apriori yang ada dalam pikiran kita, dan fungsi pengalaman hanya menegaskan terhadap sesuatu yang sebelumnya sudah diketahui oleh akal budi.
Descartes berargumen, kita tidak bisa mengukur kenyataan tanpa melibatkan akal. Contoh simple yaitu, ketika ada pensil yang dimasukkan gelas berisi air maka akan kelihatan patah, tetapi kita yakin bahwa pensil itu tidak patah. Dari mana kita tahu bahwa pensil itu tidak patah? Descartes menyatakan bahwa akal kitalah yang mengatakan, dan menurutnya bahwa akalah yang lebih dapat disandari untuk menemukan kebenaran.
Contoh prinsip matematika dasar, seperti 2 + 2 = 4. Kita tidak perlu menghitung objek fisik, seperti menghitung dua apel dan dua apel lagi, untuk memahami bahwa 2 ditambah 2 sama dengan 4. Cukup dengan memahami konsep angka dan operasi penjumlahan, kita bisa mengetahui bahwa ini benar.
Contoh lainnya adalah hukum logika, seperti hukum non-kontradiksi yang menyatakan bahwa sesuatu tidak bisa ada dan tidak ada pada saat yang sama dalam keadaan yang sama. Misalnya, kursi ini tidak mungkin berada di ruangan dan tidak berada di ruangan pada waktu yang bersamaan. Ini adalah sesuatu yang bisa kita pahami dengan akal saja, tanpa perlu mengalaminya secara langsung.
Contoh berikutnya bisa kita lihat dalam geometri: misalnya, dalam bentuk segitiga, jumlah sudut-sudutnya selalu 180 derajat. Kita tidak perlu menggambar semua segitiga yang mungkin ada di dunia untuk membuktikannya. Dengan memahami konsep dasar segitiga dan cara kerja sudut, kita bisa menyimpulkan bahwa jumlah sudut-sudut untuk semua segitiga 180 derajat adalah hal yang benar.
Intinya, pengetahuan apriori adalah jenis pengetahuan yang langsung jelas atau tanpa perlu pembuktian melalui pengalaman indrawi. Rasionalisme percaya bahwa pengetahuan seperti ini bisa kita peroleh hanya dengan berpikir menggunakan akal atau logika.
Rasionalisme sudah tua sekali, pada zaman (624-546 SM) Thales telah menerapkan rasionalisme pada filsafatnya. Tokoh pertama rasionalisme zaman modern adalah Descarts, (1596-1650), dilanjutkan oleh beberapa tokoh lain, yaitu Baruch De Spinoza (1632-1677), Leibniz (1646- 1716) dan Blaise Pascal (1632-1662). Setelah periode ini, rasionalisme dikembangkan secara sempurna oleh Hegel yang kemudian terkenal sebagai tokoh rasionalisme dalam sejarah.
Daftar Pustaka
Faiz, Fahruddin. Menghilang, Menemukan Diri Sejati. Jakarta Selatan: Noura Books, 2023.