Para pasien yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal memiliki kepercayaan yang aneh atau pemikiran magis-takhayul, keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan paranormaldan telepati-dan ilusi yang berulang. Mereka dapat merasakan kehadiran suatu kekuatan atau seseorang yang secara aktual tidak berada disana. Dalam pembicaraan, mereka dapat menggunakan kata-kata dengan cara yang tidak umum dan tidak jelas. Contohnya “Bukan orang yang sangat dapat berbicara”.
Gangguan Sizotipal umumnya menjadi jelas saat awal masa dewasa. Pada awalnya dalam DSM-II gangguan ini dianggap sebagi jenis dari skizofrenia, yang disebut jugasimple schizoprhenia. Simple schizoprhenia ini ditandai dengan keanehan yang terus menerus dalam perilaku yang tidak termasuk disorganisasi kotor yang ditandai jenis lain skizofrenia.
Dengan munculnya DSM-III pada tahun 1980, label gangguan kepribadian skizotipal diperkenalkan untuk membantu membedakan dengan gangguan skizofreniadari perilaku yang mirip.Para pasien yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal biasanya memiliki kesulitan dalam hubungan interpersonal dan kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak berkurang setelah mereka mengenal orang-orang disekitarnya, baik orang yang belum dikenal maupun orang yang sudah familiar dengan mereka.
Perilaku dan penampilan mereka juga dapat eksentrik; sebagai contoh, mereka berbicara pada diri sendiri dan memakai pakaian yang kotor serta kusut. Ciri yang juga umum terjadi adalah Ideas of reference (Keyakinan bahwa berbagai kejadian memiliki makna yang khusus dan tidak biasa bagi yang bersangkutan), kecurigaan, dan pikiran paranoid. Afek tampak terbatas dan datar. Dalam sebuah studi mengenai relatif pentingnya simtom-simtom tersebut bagi diagnosis, Widiger dkk. (1987) menemukan bahwa pikiran paranoid, ideas of reference, dan ilusi merupakan yang paling penting.
Pravalensi gangguan kepribadian skizotipal diperkirakan kurang dari 1 persen (Torgersen, Kringlen, and Cramer, 2001) gangguan kepribadian skizotipal diyakini sedikit lebih umum pada laki-laki dan mempengaruhi sekitar 3% dari populasi umum.
Masalah penting dalam diagnosis gangguan kepribadian skizotipal adalah komorbiditasnya dengan gangguan kepribadian lain. Morey (1988) menemukan bahwa 33 persen orang yang didiagnosis berkepribadian skizotipal berdasarkan kriteria DSM-III-R juga memenuhi kriteria diagnostik gangguan kepribadian ambang, 33 persen narsisistik, 59 persen memenuhi kriteria diagnostik gangguan kepribadian menghindar, 59 persen memenuhi kriteria diagnostik gangguan kepribadian paranoid, dan 44 persen memenuhi kriteria diagnostik gangguan kepribadian skizoid. Jelaslah bahwa angka-angka komorbiditas tersebut mengecewakan jika kita ingin mempertimbangkan gangguan kepribadian skizotipal sebagai entitas diagnostik tersendiri.
Berbagai studi keluarga secara konsisten menunjukan bahwa kerabat para pasien skizofrenia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kepribadian skizotipal (Nigg&Goldsmith, 1994). Namun, meningkatnya angka kejadian gangguan kepribadian skizotipal juga terdapat pada kerabat tingkat pertama para pasien yang menderita depresi unipolar, menunjukan bahwa gangguan kepribadian skizotipal tidak hanya berhubungan dengan skizofrenia (Squires-Wheeler dkk., 1993).
Dengan demikian, studi keluarga minimal memberikan beberapa bukti bahwa gangguan kepribadian kelompok aneh/ eksentrik berhubungan dengan skizofrenia. Pada gangguan kepribadian skizotipal juga terdapat bukti lebih jauh dalam poin ini. Pasien semacam itu mengalami kelemahan kognitif dan kurangnya keberfungsian neuropsikologis yang sama dengan yang terjadi pada skizofrenia (Cadenhead dkk., 1999; Chen dkk., 1998; Roitman dkk.,2000). Lebih jauh lagi, dan sekali lagi paralel dengan berbagai temuan dalam penelitian skizofrenia, para pasien yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal memiliki rongga otak yang lebih besar dan lebih sedikit bagian abu-abu di lobus temporalis (Dickey dkk., 1999; Downhill dkk.,2001).
Kriteria gangguan kepribadian skizotipal dalam DSM-IV-TR
Terdapat lima atau lebih dari ciri-ciri berikut ini dan tidak muncul secara ekslusif dalam perjalanan penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari gangguan perkembangan pervasif.
-Ideas of reference
-Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis, a.l., percaya terhadap persepsi ekstra indrawi
-Persepsi yang tidak biasa, a.l., keyakinan yang menyimpang tentang tubuhnya
-Pola bicara yang aneh
-Kecurigaan yang ekstrim, paranoria
-Afek yang tidak sesuai
-Perilaku atau penampilan yang aneh
-Kurang memiliki teman akrab
-Rasa nyaman yang ekstrim atau kadang kecemasan yang ekstrim bila berada diantara orang lain.
Faktor penyebab gangguan kepribadian skizotipal
Menurut DSM-IV-TR pravelensi gangguan ini pada populasi umum adalah sekitar 3% tapi menurut perkiraan lain lebih rendah (Mattia&Zimmerman,2001). Tidak seperti gangguan kepribadian sizoid, gangguan kepribadian skizotipal adalah diwariskan. (Linney et al., 2003), dan hubungan genetik dan biologis dengan gangguan skizofrenia telah jelas didokumentasikan (Jang, Woodward, et al., 2005; Meehl, 1990; Siever&Davis,2004).
Banyak penelitian bahwa dari genetika merupakan gangguan kepribadian skizotipal telah dilakukan studi tentang odd-eksentrik gangguan kepribadian lainnya. Riwayatkeluarga, adopsi, dan penelitian menunjukkan bahwa semua gangguan kepribadian schizotypalditularkan secara genetik, setidaknya untuk beberapa derajat (Nigg & Goldsmith, 1994; Siever et al, 1998). Selain itu, gangguan kepribadian skizotipal jauh lebih umum pada keluarga yang pertama dengan skizofrenia dibandingkan dengan kerabat baik pasien psikiatri ataukelompok kontrol yang sehat (Gilvarry et al, 2001;. Kendler,Neale, Kessler, Heath & Eaves, 1993 ). Jadi, gangguan kepribadian skizotipal seringkali dianggap sebagai bentuk ringan skizofrenia, yang ditularkan melalui mekanisme genetik serupa dengan skizofrenia.
Demikian pula, beberapa faktor biologis nongenetik terlibat dalam skizofrenia juga hadir pada orang dengan gangguan kepribadian schizotypal (lihat Siever et al.,1998; Weston & Siever, 1993). Secara khusus, orang dengan gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan masalah-masalah dalam kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada tugas-tugas kognitif, serta defisit dalam perhatian yang sama dengan yang terlihat pada orang dengan skizofrenia (Bergman et al., 1998; Siever et al., 1990). Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal juga cenderung menunjukkan rendahnya tingkat monoamine oxidase, yang meningkatkan kadar asam homovanilic, metabolit utama dopamin (Baron, Perlman & Levitt, 1980; Siever et al., 1990). Jadi, seperti halnya orang dengan skizofrenia, orang-orang dengan gangguan kepribadian skizotipal mungkin memiliki tingkat abnormal tinggi dopamin di otak mereka. Akhirnya, orang dengan gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan kelainan dalam struktur otak mereka yang mirip dengan yang terlihat pada orang dengan skizofrenia (Dickey, McCarley & Shenton, 2002; Downhill et al., 2001).Gangguan kepribadian skizotipal memiliki rongga otak yang lebih besar dan lebih sedikit bagian abu-abu di lobus temporalis.
Pandangan teori-teori psikologi terhadap gangguan kepribadian skizotipal
a.Psikodinamik
Teori psikoanalisa mengenai skizotipal tidak banyak ditemukan. Barangkali teori-teori psikologi tidak memberikan perhatian yang besar pada jenis gangguan ini karena sangat dekat kaitannya dengan skizofrenia, yang menampilkan akar-akar biologis yang kuat karena schizotipal tidak ditambahkan ke dalam kategori diagnostic pada DSM relative hingga sekarang.
b.Behavioral
Orang dengan gangguan ini, kemungkinan besar dengan pola asuh keluarga yang psikotik (punya masalah kejiwaan) atau ada sejarah salah satu anggota keluarga memiliki gangguan skizotipal. Saat anak-anak, orang-orang dengan gangguan skizotipal adalah pasif , secara sosial tidak terlibat, dan terlalu sensitive terhadap kritik. Karakteristik dari orang lainnya adalah dimana secara umum mereka tampak ganjil dalam berfikir.
c.Kognitif
Orang dengan tipe skizotipal memiliki cara pikir yang berbeda dengan orang lain, distorsi persepsi, seringnya irasional. Ia memiliki kepercayaan terhadap hal-hal yang aneh, percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan magis (telepati, sixth sense, paranormal).
d.Interpersonal
Menghindari hubungan dengan banyak orang, memiliki kewaspadaan yang tinggi, senang memberi kitik dan curiga terhadap orang-orang di sekitarnya.
Prevensi
a. Prevensi primer
§PengukuranBiologis
Dapat dilakukan pengembangan perencaraan keluarga dan pemeliharaan sebelum dan setelah menikah. Karena schizotypal itu juga disebabkan di oleh genetik, jadi bias dilakukan riset genetik salah satunya berupa konseling.
§PengukuranPsikososial
Melakukan hal-hal yang dapat dipelajari individu. Meskipun ada beberapa teori psikologis tentang gangguan kepribadian schizotypal, namun terapi psikologis telah dikembangkan untuk membantu orang-orang mengatasi beberapa gejala mereka. Dalam psikoterapi, sangatlah penting bagi terapis untuk menjalin hubungan baik dengan klien, karena klien-klien ini biasanya memiliki hubungan dekat sedikit dan cenderung menjadi paranoid (Beck & Freeman,1990).
§PengukuranSosiokultural
Membantu klien meningkatkan kontak sosial dan mempelajari perilaku sosial yang sesuai melalui pelatihan keterampilan sosial. Terapi kelompok dapat sangat membantu dalam meningkatkan keterampilan sosial klien. Komponen penting dari terapi kognitif dengan klien yang mengalami gangguan kepribadian schizotypal adalah mengajar mereka untuk mencari bukti objektif di lingkungan untuk pikiran mereka dan mengabaikan pikiran-pikiran aneh. Sebagai contoh, klien yang sering berpikir bahwa dia tidak nyata dapat diajarkan untuk mengidentifikasi berpikir bahwa sebagai aneh dan diskon berfikir ketika terjadi daripada mengambil serius dan bertindak di atasnya.
b. Prevensi Sekunder
§Terapisneurologi, gangguankepribadian schizotypal yang paling seringdiobatidenganobatneuroleptik yang sama yang digunakanuntukmengobatiskizofrenia, seperti haloperidol danthiothixene (Siever et al., 1998). Sepertidalamskizofrenia, obatinitampaknyauntukmeringankangejalapsikotikseperti, termasuk ide-ide orang schizotypal darireferensi, pemikiranmagisdanilusi. Antidepresankadang-kadangdigunakanuntukmembantu orang dengangangguankepribadian schizotypal orang mengalamitekanansignifikan.Mengingatadanyahubunganantaraskizofreniadangangguan,dapatmenggunakanobat-obatanantipsikotiksepertirisperidoncukupefektifbagigangguankepribadianskizotipal (Koenigberg dkk.,2001).
c. PrevensiTersier
§Terapikeluargadidasarkanpadateorisistemkeluarga, di manakeluargadipandangsebagaiorganismehidupbukanhanyajumlahindividuanggota-anggotanya. Terapikeluargamenggunakanteorisistemuntukmengevaluasianggotakeluargadalamhalposisimerekaatauperandalamsistemsecarakeseluruhan. Masalahdiperlakukandenganmengubahcarakerjasistemdaripadamencobauntukmemperbaikianggotaspesifik. Keluargateorisistemdidasarkanpadakonseputamabeberapa.Tujuandariterapikeluargaadalahuntukmembantuanggotakeluargameningkatkankomunikasi, memecahkanmasalahkeluarga, memahamidanmenanganisituasikeluarga
Studi kasus
Kasus I
Jonathan, mekanik mobil berusia 27tahun. Memiliki sedikit teman dan lebih memilih membaca novel fiksi ilmiah daripada bersosialisasi dengan orang lain. Ia jarang bergabung dan bercakap-cakap dengan orang lain. Suatu saat, ia tampak seperti hanyut dalam pikirannya sendiri, dan rekan kerjanya harus bersiul untuk mendapatkan perhatiannya saat ia sedang mengerjakan sebuah mobil. Ia sering menunjukkan ekspresi ganjil diwajahnya. Mungkin cirri perilaku yang paling tidak umum adalah ia melaporkan pengalaman yang datang sewaktu-waktu dan perasaan bahwa almarhum ibunya berdiri di dekatnya. Ilusi ini menenangkan baginya, dan ia menantikan terjadi peristiwa itu. Ia menyadari hal itu tidak nyata. Ia tidak pernah mencoba menyentuh roh tersebut, mengetahui bahwa roh itu akan menghilang begitu ia mendekat.
Kasus II
The “Spacey” Lady
Pasien adalah 32 tahun belum menikah, wanita pengangguran pada kesejahteraan yang mengeluh bahwa dia merasa "lalai". Perasaan keterpisahan telah berangsur-angsur menjadi lebih kuat dan lebih nyaman. Selama berjam-jam setiap hari dia merasa seolah-olah ia sedang menonton dirinya sendiri bergerak melalui kehidupan, dan dunia di sekelilingnya tampak nyata. Dia merasa sangat aneh ketika dia melihat ke cermin.
Selama bertahun-tahun dia telah merasa mampu membaca pikiran orang dengan "jenis clairvoyance saya tidak mengerti." Menurut dia, beberapa orang di keluarganya ternyata juga memiliki kemampuan ini. dia disibukkan oleh pemikiran bahwa ia memiliki beberapa misi khusus dalam hidup tetapi tidak yakin apa itu, dia tidak khususnya agama. Ia sangat sadar diri di depan umum, sering merasa bahwa orang yang membayar perhatian khusus padanya, dan kadang-kadang berpikir bahwa orang asing menyeberang jalan untuk menghindarinya. Dia kesepian dan terisolasi dan menghabiskan banyak setiap hari hilang dalam fantasi atau menonton opera sabun TV.
Ia berbicara dengan samar-samar, abstrak, yang bersifat penyimpangan, umumnya kehilangan inti dari pembicaraan, tapi dia tidak pernah inkoheren. Ia tampak pemalu, curiga, dan takut dia akan dikritik. Dia tidak merugikan kontak dengan realitas, seperti halusinasi atau delusi, dan dia tidak pernah dirawat karena masalah emosional. Dia memiliki pekerjaan sesekali tapi dia menjauh dari mereka karena kurangnya minat (From Spietzer et al., 1989, pp. 173-174).
Sumber :
Kaplan & Sadok. (1997).Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara
medlineplus dan mayoclinic
Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly.(2005). Psikologi Abnormal jilid 1. Jakarata : Erlangga
Butcher, James, N., Susan Mineka, Jill M.H (2008).Abnormal Psychology Core Concept. Boston USA : Pearson
Davinson, G. C., Neale,J.M., Kring, A.M (2006). Psikologi Abnormal (9th edition). Jakarta: PT. RojagrafindoPersada
Nolen, S Hoeksema.(2007). Abnormal Psychology (4th edition). New York : MC Graw Hill
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H