Mohon tunggu...
Metodius Manek
Metodius Manek Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Heidegger, Kau Mau Apa?

6 Juni 2015   14:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:20 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Heidegger,

Berani sekali Kau menuduh mereka

Katamu, mereka itu terlalu kuno

Karena mereka selalu diam di sana

 

Mereka bertanya: “Mengapa ada sesuatu?”

Tak takut Kau mengaum:

Pertanyaan itu sangat biasa, tau...

Bosan!

Dari dulu tak pernah berubah!

 

Tak sedetik pun kau berhenti menghantam mereka:

Di mana pikiranmu?

Di mana perasaanmu?

Di mana juga instingmu?

Intuisimu,

Segala darimu,

Sudah dimakan habis kutu busuk ya?

 

Kau mengejek mereka:

Memangnya tidak bisa kreatif ya?

Dari dulu pertanyaannya hanya itu,

katamu agak kecewa:

Mengapa ada ini?

Mengapa ada itu?

Mengapa ada sesuatu?

 

“Bodoh kau!”, kau mulai menghakimi:

Hahahaha....

Itu responsmu

Menertawakan mereka

Menurutmu,  mereka hanya mau mencari tahu:

“Apa sebab semua ini?”

...

Kau diam sejenak

Kali ini kau tak mau tertawa lagi

Kau hanya bisa menatapku dalam

Seolah-olah aku biang keroknya

Padahal aku bukan mereka

Memandang biji mata mereka pun aku tak pernah

Lalu, kau mau apa?

 

Mengapa harus ada sesuatu?

Dan bukan tidak ada sesuatu?

Mengapa?

Kau diam lagi!

 

 

Mungkin ini telah usang

Usianya telah usai

Jangan lagi tanyakan:

“Mengapa ada sesuatu?”

Tapi, tanyakanlah: “Mengapa tidak ada sesuatu?”

Itulah simpulmu menutup horizon mereka

...

Kutatap beranda kota dan jalan-jalan

Banyak pengemis berserakan

Mengotori debu tanah kota dengan liur najis

Dasar laknat mereka itu

 

Massa berteriak:

Mengapa ada pengemis?

Salah siapakah semua ini?

 

Kudiam

Terpaku tanpa kata

Mematung tanpa nyali

Hangus tanpa terbakar terik khatulistiwa

Akhrinya, menghilang tanpa cerita

Dan aku pun tiada

 

Di sini aku ada

Tapi aku pun tiada

Hampir kutangkap kaki ekor cerahnya

Tapi sayang, semua ini masih misteri

Sungguh, Aku pun tak paham!

 

Kini hanya aku di sini

Ada dan tiada

Hanya nalar beradu dahsyat

Rasa menusuk dalam

Insting terpacu cepat

Intuisi menakar jauh

Mengobrak-abrik realitas

Berusaha membuka horizon baru

Tapi juga sayang, tak kutemukan jawaban:

Siapa penyebab semua ini?

 

Mungkin harus kuakui: Kau benar!

Seharusnya bukan kutanya: apa sebab semua ini?

Akan kutanya, mengapa kuingin semua ini tak ada?

Mungkin aku tak mau disaingi?

Atau kutak mau liur najis mengotori kotaku?

Aku pun tak tahu!

 

Lalu, Heidegger, kau mau apa?

 

Yogyakarta, 6 Juni 2015

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun