Dalam sebuah pertandingan menjadi 'tim kuda hitam' adalah posisi yang paling menguntungkan. Biasanya tidak diperhitungkan tapi dia mempunyai potensi luar biasa yang sewaktu-waktu bisa sangat mematikan. Inilah harapan saya terhadap calon presiden favorit saya, Dahlan Iskan agar bisa meraih RI 1.
Perkembangan perpolitikan tanah air terutama di ranah RI 1 memang cukup dinamis. Mungkin semua sudah tahu sederet nama kandidat, baik yang sudah secara resmi mendeklarasikan diri ataupun yang masih malu-malu. Ada puluhan nama yang muncul ke permukaan baik muka baru ataupun muka-muka lama yang masih berambisi menggantikan SBY. Sebut saja diantaranya Jokowi, Probowo, Aburizal Bakrie, Wiranto, Megawati dan masih banyak lagi. Belum lagi dari konvensi Partai Demokrat dan juga partai-partai lainnya.
Sejumlah lembaga survei pun sudah merilis hasil surveinya. Untuk saat ini nama Jokowi masih merajainya. Beberapa poling survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei nasional menempatkan nama Jokowi unggul jauh diatas para pesaingnya. Bahkan banyak pengamat merasa yakin bila sampai pelaksanaan pemilu nanti tidak ada perubahan yang signifikan dalam perkembangan politik tanah air, bila Jokowi masuk menjadi capres dia akan sukses menjadi RI 1. Sedangkan poling untuk Dahlan Iskan sendiri jauh sekali dibawah Jokowi bahkan dibanding Prabowo sekalipun.
Jokowi sendiri sampai saat ini belum tegas mengatakan akan maju menjadi capres. Disamping masih sangat sibuk membuktikan diri mampu merubah Jakarta dia adalah kader PDIP yang cukup loyal terhadap pimpinannya. Sehingga bisa saja dia tidak berniat maju karena belum merasa cukup mampu untuk promosi dari gubernur ke presiden. Atau bisa saja mendapat sandungan dari internal partainya. Misalnya Megawati ingin maju lagi dan menjadikan Jokowi sebagai 'kuda tunggangan' untuk mendapatkan 'hasrat terpendam' yang sudah dua kali gagal. Isu ini juga yang saat ini sedang mencuat dan sangat dikhawatirkan oleh para pendukung Jokowi. Berbagai penolakan pun muncul terhadap gagasan tersebut.
Saya sebagai pendukung Dahlan Iskan tentunya akan sangat senang bila saja Megawati maju menjadi capres bersama Jokowi. Kenapa? Karena dengan begitu elektabilitas Jokowi menjadi mentah lagi karena hasil survei sekarang menempatkan Jokowi menjadi capres bukan cawapres. Artinya jika duet ini resmi dideklarasikan maka nama Jokowi tidak menjadi momok lagi.
Kenapa cuma Jokowi yang cukup diperhitungkan oleh saya sebagai pendukung Dahlan Iskan. Tentunya ini tidak terlepas dari ueforia Jokowi yang cukup menggemparkan dunia dengan berbagai gebrakannya setelah sukses melenggang menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta. Berbagai ulasan dan berita tentang Jokowi mewarnai sejumlah media baik lokal, nasional bahkan internasional. Mungkin boleh saja dia dianggap sebagai 'media darling'. Tapi dengan begitu dia akan mudah dikenal orang. Dan itu adalah modal yang sangat penting untuk menjadi pemenang dalam kontes pemilu. Karena pemilih yang mayoritas merupakan kalangan bawah cenderung memilih kontestan berdasarkan popularitas.
Maka dengan munculnya duet Mega-Jokowi tentunya akan membuat suara pendukung Jokowi sendiri terpecah. Karena kepercayaan masyarakat terhadap Mega terutama kalangan menengah sudah sangat kecil semenjak dia meninggalkan jejak yang kurang baik saat dia menjadi presiden menggantikan Gus Dur.
Sedangkan sejauh ini kontestan-kontestan lain tidak ada yang membuat terobosan-terobosan yang cukup berarti untuk menjadikan dia sebagai calon kampiun pilpres 2014. Dari sisi popularitas survei yang ada sudah cukup mewakili hasilnya. Sehingga kalau saya boleh beropini bahwa urutan posisi capres tidak akan beda jauh dengan hasil poling survei saat ini.
Untuk Dahlan Iskan sendiri, saat ini baru sebatas peserta konvensi untuk calon presiden yang akan diajukan oleh Partai Demokrat. Meskipun dia ikut konvensi tapi tidak melakukan kampanye seperti halnya peserta konvensi lain. Seperti misalnya melalui tayangan iklan di televisi atau melalui media. Bahkan dia yang notabene sebagai 'juragannya' Jawa Pos Grup tidak mau memanfaatkannya untuk kepentingan kampanye.
Saat ini yang mana dia masih menjabat sebagai menteri BUMN, masih terus fokus melaksanakan tugasnya untuk menata korporasi-korporasi milik pemerintah. Tentunya memang tugas dia sebagai menteri saat ini adalah hal yang harus lebih diutamakan dibanding mencari popularitas agar berhasil menjadi pemenang konvensi. Kesan ambisius menjadi cair ketika dia tidak begitu ngotot untuk menjadi pemenang konvensi. Sebaliknya menjadikan tugas untuk menjadikan semua perusahaan BUMN menjadi perusahaan sehat yang menjadi pendukung keuangan negara menjadi lebih utama.
Ada baiknya juga kalau dia konsisten dengan tugasnya sebagai menteri. Trend positif perkembangan sejumlah BUMN menjadi sesuatu yang layak untuk ditunjukkan sebagai bukti kapabilitas dia. Apalagi didukung dengan etos kerjanya yang sangat tinggi. Dan ini adalah sebagai bentuk kampanye yang ingin dilakukannya yakni kerja, kerja dan kerja.