Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Maafkan Saya Mas Penipu..!

8 Januari 2014   20:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:00 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="339" caption="Ilustrasi"][/caption] Saat itu tepatnya setahun lalu, baru saja saya usai berwudhu sebelum berjama'ah maghrib dengan anak-istri di rumah. Saya dikagetkan dengan seseorang yang mengaku dari kanwil kemenag provinsi yang datang bertanya tentang nama saya yang memang sudah lama muncul dalam daftar waiting list sertifikasi guru kategori mata pelajaran umum yang menurutnya ada kesalahan data dan segera harus diperbaiki. Sudah lama memang saya menyadari ada kesalahan pada penulisan nomor NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan) waktu mendaftar pertama kali. Dan saya sudah konsultasikan hal itu dengan pihak berwenang di kabupaten dan sudah tidak ada masalah. Melihat kedatangan seseorang yang mengaku dari kanwil kemenag di luar jam dinas serta pada saat maghrib pula, saya bersyukur diberi kesadaran penuh untuk waspada dengan kedatangan tamu tersebut. Yang membuat saya tambah curiga adalah dia sama sekali tidak terlihat berupaya untuk sholat maghrib pada saat itu padahal dia mengaku sebagai pegawai kemenag (kementerian agama) provinsi.  Bahkan dia mempersilahkan saya untuk solat terlebih dahulu dan dia menunggu di teras rumah, saya ajakpun dia menolaknya dengan alasan tidak jelas, misalnya mengaku lain keyakinan. Mulailah dia mengeluarkan kertas lecek yang diambil dari belakang celananya yang ternyata memang berisi daftar nama-nama peserta waiting list (daftar tunggu) sertifikasi guru yang sudah sering saya lihat di web resmi kemenag. Kertas lecek yang dambil dari kantong celana belakang menambah daftar kecurigaan saya pada kedatangan pertama di luar jam kerja, otak sayapun  mengirim sinyal bahaya dan semakin mewaspadai bahwa kemungkinan besar dia adalah penipu atau setidaknya oknum pegawai provinsi yang hendak menipu peserta sertifikasi sepertin saya. Dengan tetap sopan saya ajak oknum tersebut ke kantor sekolah yang kebetulan letaknya di samping rumah. Mulailah oknum tersebut mempertanyakan nomor NUPTK saya yang salah dan menakuti dengan kemungkinan tidak dipanggilnya saya untuk mengikuti proses sertifikasi guru.  Saya yang memang berpendirian bahwa sertifikasi bukanlah harga mati, dengan tenang menyatakan bahwa hal ini sudah diurus dengan pihak kompeten di kantor kemenag kabupaten. Mulailah dia menawarka jurus bantuan untuk memperlancar percepatan pemanggilan sertifikasi dengan harga tertentu dan segala macam trik untuk memperdaya saya sebagai peserta sertifikasi guru. Dengan cepat saya membuka internet dan menyatakan saya selalu uptodate melihat perkembangan pengumuman dan segala urusan yang berkaitan dengan kegiatan guru, kecepatan saya membuka akses informasi lewat internet membuat sedikit kaget oknum tersebut. Terlihat dia sedikit mengendorkan rayuannya dan mulailah memasang jurus baru dengan merendahkan pihak kabupaten yang berkompeten mengurus segala kepentingan guru dengan merendahkannya atas tidak uptodate-nya pihak kabupaten menyikapi persoalan sertifikasi guru. Waduh, sayapun tambah curiga karena oknum tersebut mulai menjelkkan kinerja kemenag kabupaten yang notabene adalah satu instansi dengan pengakuan dia sebagai pegawai kemenag provinsi. Masa jeruk makan jeruk. Setelah saya yakin seratus persen bahwa ini modus penipuan, mulailah saya berpura-pura butuh bantuan dengan meminta dia menitipkan nomor teleponnya dan segera akan menghubunginya dikemudian hari. Melihat mangsanya seperti termakan jebakan akhirnya dia pamit pulang namun anehnya tidak segera beranjak pulang dan sepertinya berharap sesuatu. Saya segera paham dan pamit padanya untuk ke rumah sebentar dan segera menyuruh istri menyiapkan uang seribuan (10) sepuluh lembar berikut amplop besar panjang. Dengan cepat uang lembaran seribuan tersebut saya masukkan ke dalam amplop yang terlihat seperti berjumlah banyak dan segera menemui oknum tersebut yang tampak gembira sekali menerima amplop tebal saya. Dengan sumringah dia pamit dan entah apa perasaannya setelah dia naik kendaraan umum yang mengantarnya..... ini juga keanehan saya selanjutnya...dia naik kendaraan umum. Maafkan saya mas penipu....hanya itu yang saya bisa berikan...... (Sampai saat ini orang tersebut, belum pernah menemui saya lagi. Namun berdasarkan cerita guru-guru di pedalaman ada beberapa guru yang didatangi oknum dan terjebak menyerahkan uang banyak pada oknum yang akan berniat mempelancar pemanggilan sertifikasi guru)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun